Lantas, bapak satu istri dan dua anak itu mendengarkan secara saksama penjelasan wanita muda, tentang petualangannya sampai menemukan dan memutuskan mengontrak tempat di wilayah kekuasan Pak RT.
Pak RT sendiri adalah pria mapan kelas menengah, yang belum lama merayakan empat puluh tahun kelahirannya bersama istri serta dua anaknya. Kendati tidak berlebih-lebihan, ia telah menetapkan rencana keuangan matang untuk masa depan keluarga.
Semua warga setempat mahfum, bahwa Pak RT berwibawa dan cakap menyelesaikan permasalahan-permasalahan lingkungan dan perkara kesulitan warga. Kuncinya, kesediaannya mendengar segala cerita dan keluhan.
Demikian pula tatkala mengindahkan kalimat demi kalimat meluncur sendu dari bibir tipis, yang kadang mengatup kadang menganga renyah, wanita muda di hadapannya.
Keindahan pun tampak. Rambut bergelombang tertata apik, kilauan kening, kelopak bermasakara, hidung bangir, lesung pipi. Tak jarang mata Pak RT menangkap panorama serupa pualam mengintip dari blus yang tidak terkancing sempurna, menyembul-nyembul seolah menantang.
Namun, satu hal tidak mampu ditolaknya, baik dengan cara-cara santun maupun serupa penyamun. Mata sendu itu, yang tadinya memancarkan nuansa pilu, mendadak terbuka lebar, berkilat-kilat. Jasad renik terbang, melompat, menyerang retina Pak RT.
Pak RT tertular mata nyalang! Penyakit menjalar yang belum ada obat pun suntikan antibodi untuk memusnahkan penyebabnya.
Mengingat kedudukan Pak RT sebagai pemuka di lingkungan, secara eksponensial penyakit mata nyalang menular kepada warga setempat. Tidak seperti biasanya, mata nyalang tidak menyerang semua orang. Hanya bapack-bapack!
Penyakit mata nyalang kambuh manakala wanita muda keluar masuk kos, dan tatkala berjalan seolah macan lapar menuju kendaraan ojol penjemput, pun usai turun darinya.
Paling parah penyakit mata nyalang yang dialami Pak RT. Kendati ia berusaha sebaik mungkin menyembunyikannya dari pengetahuan sang istri, penderitaan tersebut cepat atau lambat, mau tidak mau, dibaca oleh sang belahan jiwa, yang dengan sewot menyeru, "Lama kau tak mancing, sana pergi agar jiwa ragamu segar kembali!"
Istrinya tahu, anak-anaknya mengerti, bahkan semua warga memaklumi, pada waktu-waktu tertentu Pak RT memerlukan keadaan tidak bisa diganggu, yakni ketika sedang memancing. Katanya, kegiatan menangkap ikan, lalu melihat makhluk hidup itu mengelepar terkait mata kail amatlah menenangkan jiwa, menghilangkan benang kusut di dalam kepala.