Setidaknya, tujuh siswa mengalami luka tertimpa reruntuhan atap ruang kelas dan laboratorium komputer, yang ambruk begitu saja pada Selasa 10 Desember 2024 (kompas.id).
Atap ambruk kala tiada hujan lebat pun angin kencang melanda, apalagi badai. Padahal penutup bangunan SMPN 1 Talun, Kabupaten Cirebon, tahun 2021 diperbaiki. Baru tiga tahun direhabilitasi.
Rehabilitasi --rehab, istilah beberapa pemborong-- adalah kegiatan perbaikan bagian bangunan yang rusak, tanpa banyak mengubah arsitektur maupun struktur.Â
Mungkin ada penambahan atau tambal sulam untuk peningkatan utilitas, tetapi fungsi umumnya tetap dipertahankan
Rehab ruang kelas dan bangunan sekolah merupakan upaya memperbaiki kerusakan, guna mempertahankan kelancaran kegiatan belajar mengajar.
Rehab bangunan milik pemerintah, tidak terkecuali sekolah negeri, dilaksanakan mengikuti ketentuan Bidang Cipta Karya dan Perumahan, Kementerian PUPR. Atau, mematuhi syarat-syarat umum teknis pekerjaan konstruksi.
Ambruknya atap di SMPN 1 Talun mengundang pihak kepolisian setempat, untuk menemukan penyebab peristiwa.Â
Semoga segera terungkap pencetus ambruknya atap baru tiga tahun direhab.
Terinformasi, atap baja ringan memiliki daya tahan lebih dari dua puluh tahun, bahkan bisa bertahan hingga 100 tahun dalam keadaan tertentu (sumber).
Baja ringan terbuat dari baja tipis, 0,6-1,0 mm. Keunggulannya, antara lain: berkualitas tinggi, kuat, tahan karat, minim biaya perawatan, mudah dipasang.
Sebaliknya, baja ringan gampang melekuk bila ceroboh dalam memperlakuannya, sehingga mengurangi daya topangnya terhadap beban. Deformasi pada satu bagian berpotensi melemahkan seluruh struktur atap bangunan tertentu.
Oleh karena itu, baja ringan dipasang oleh aplikator berpengalaman dan berkualifikasi.Â
Aplikator akan merekomendasikan material berkualitas, cermat dalam pemasangan, bekerja sesuai standar keselamatan (memakai Alat Pelindung Diri/APD), dan memberikan garansi.
Pada rangka atap baja ringan bisa direkatkan beragam penutup, yaitu genting: aspal bitumen, polycarbonate, metal, seng galvalum, keramik, tanah liat bakar.
Penutup rangka atap baja ringan ruang kelas dan lab komputer di SMPN 1 Talun menggunakan genting tanah liat.Â
Terlihat dalam tangkapan layar video KOMPAS/ABDULLAH FIKRI, reruntuhan genting tanah liat.
Genting tanah liat cenderung berat. Untuk menopang beratnya, agar diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Ketebalan. Makin tebal, makin kuat menahan beban berat.
- Jarak antar kuda-kuda. Buat dudukan kuat dan rapi. Ikat langsung pada ring balok. Perhatikan jarak antar kuda-kuda, tambahkan plang penghubung agar makin kokoh.
- Jarak antar reng untuk atap genting tanah liat adalah 23-24 cm.
Sebagaimana telah diberitakan, atap ruangan baru tiga tahun direhabilitasi ambruk begitu saja tanpa ada hujan badai.
Kok bisa? Katanya kuat dan tahan lama? Mana boleh belum lama diperbaiki sudah runtuh?
Sambil menunggu keterangan pihak kepolisian dan ahli tentang penyebab accident, saya menduga kegagalan konstruksi di atas dikarenakan:
- Pemasangan atap rangka baja ringan tidak menggunakan aplikator berkualitas.
- Kalaupun memakai, aplikator ceroboh dalam perencanaan dan/atau pelaksanaan.
- Pengawas tidak melakukan tugas yang seharusnya dilakukannya.
Dengan cara-cara yang sulit dipahami, ada kemungkinan pelaksana/pemborong/kontraktor menggunakan material dan pemasangan tidak sesuai ketentuan (ketebalan dibanding bobot genting, kekuatan kuda-kuda, dan seterusnya).
Patut dipertanyakan, kapasitas kontraktor pelaksana dalam penyelesaian pekerjaan sesuai spesifikasi ditentukan
Semoga pihak berwenang segera mengungkap penyebab ambruknya atap bangunan di SMPN 1 Talun, Kabupaten Cirebon. Demikian agar pembayar pajak dan masyarakat umum tidak bertanya-tanya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H