Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mesin Buas untuk Mobil Lawas

10 Desember 2024   06:08 Diperbarui: 10 Desember 2024   07:24 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesin Buas untuk Mobil Lawas (Gambar oleh Paul Brennan dari Pixabay)

Hati panas mobil baru mengerakkannya lebih cepat, berusaha mengambil alih posisi dari mobil tua kurang ajar. Namun, napasnya tidak cukup panjang untuk mengejar mobil tua, sekalipun mendekati, meskipun pedal gas telah menyentuh lantai.

Mobil lebih baru menyerah. Joni melirik spion tengah. Semringah meliputi wajahnya.

Mobil-mobil lebih baru lainnya terengah-engah dan takjub, betapa sulit menyaingi kecepatan mobil tua itu.

Joni tidak peduli, tidak pernah peduli, dan tidak mau tahu dengan keheranan para pengguna jalan. Pokoknya ia menikmati mesin bertenaga buas yang terpasang di bawah kap mobilnya.

Ada saatnya menurunkan kecepatan. Kaki bertahap diangkat dari pedal gas. Gigi persneling diturunkan. Masih terlalu cepat, karena berat bodi turut mendorong laju kendaraan.

Lampu merah, di mana mulai tampak membesar sejumlah mobil dan motor yang sedang berhenti. Mobil lawas masih melaju.

Joni memindahkan kaki ke pedal yang berada di tengah, yang diapit oleh pedal gas dan pedal kopling. Masih melaju. Panik melanda.

Sementara itu, Pak Mamat terperanjat. Di tangan terdapat kunci almari. Itu menerbangkannya ke dalam rumah, membuka almari, dan terperangah melihat isinya.

Segera ia meraih telepon genggam, mengetuk layar, dan semuanya sudah terlambat.***

[1] Parung, Kabupaten Bogor, terdapat tempat-tempat tumpukan mobil tua; berjarak sekitar 30 km dari Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun