Berapa kerugian relatif atas aset negara yang tidak terpakai akibat kepindahan tersebut? Hanya pejabat Kementerian Pertanian yang bisa menjawabnya.
Satu cabang Toko Tani di salah satu gedung kantor sangat terpengaruh dengan berkurangnya pegawai.
Toko tersebut dibuka untuk umum, bukan hanya bagi pegawai lembaga pertanian. Menjual daging sapi, ayam potong, telur, beras, bawang putih dengan harga lebih murah daripada di pasar.
Sayangnya, keunggulan tersebut kurang gencar dipromosikan demi meraih calon konsumen umum lebih luas. Mayoritas pembeli hanya pegawai setempat. Segelintir dari warga kompleks perumahan pertanian di sekitar.
Sebelum ada perpindahan besar-besaran, toko ramai dikunjungi. Saat pandemi, layanan daring (online) sampai mengantre pakai nomor.
Setelah pegawai kantor-kantor lembaga penelitian pertanian pindah instansi, pengunjung Toko Tani merosok drastis. Sepi pembeli membuat gerai tutup.
Alasannya, renovasi. Setahun berlalu, ternyata peremajaan bangunan itu tidak pernah terjadi. Tak pernah ada tukang yang bongkar-bongkar, sekalipun melakukan pengecatan.
Ternyata outlet Toko Tani cabang Jalan Tentara Pelajar Kota Bogor memang ditutup untuk selamanya. Bukan direnovasi. Mati akibat kurang pembeli. Ia kehilangan konsumen terbanyaknya: peneliti yang berpindah ke BRIN.
)*Petikan lagu Koes Plus "Kolam Susu ", ciptaan Yok Koeswoyo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H