Setelah menanyakan perdedaan antara tiga macam mi, saya memesan mi karet ayam bakso swekiaw yamin.
Tidak lama, hidangan tersuguh. Mi dan kuah disajikan terpisah.
Satu mangkuk bermotif berisi mi matang yang sudah diaduk dengan minyak bawang, merica, dan kecap. Ditaburi daging ayam dihaluskan, kulit pangsit goreng dipotong kecil, dan disampingnya diletakkan sayur pakcoy rebus.
Bakso, swekiaw, dan kaldu ditaburi irisan daun bawang disajikan dalam mangkuk lebih kecil. Minyak cabai (chili oil) di pisin sebagai sambal.
Sendok bebek melamin dan sumpit bukan sekali pakai direndam di gelas stainless steel.
Secara keseluruhan, penyajiannya menarik. Penampilan merupakan salah satu faktor awal penggugah selera terhadap hidangan.
Berikutnya, aroma masakan. Sayangnya, saya tidak dapat membaunyinya karena mengalami gejala flu.
Penentu terakhir adalah soal rasa. Seperti namanya, adonan terigu dibentuk serupa tali itu memang kenyal, tapi tidak sulit digigit. Butiran daging ayam berbumbu menempel pada mi. Potongan kulit pangsit digoreng terasa "kriuk" saat dikunyah.
Bakso tidak melawan ketika dipotong dengan sendok. Swekiaw --pangsit isi adonan ayam-- terasa enak ketika digigit. Saya duga, dua produk ini beli jadi. Bukan bikin sendiri.
Suapan dengan sumpit diikuti oleh seruputan kaldu pada sendok bebek. Rasa mi berbumbu dinetralkan dengan kaldu gurih yang cenderung tawar. Enak tidak bikin enek. Memicu keinginan lidah untuk mengenyam suapan dan suruputan selanjutnya.