Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Panduan Ringkas Takeover Bisnis Kuliner

8 November 2024   09:08 Diperbarui: 10 November 2024   09:00 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Baca buku sementara menunggu (dokumen pribadi)

Mengambil alih satu bisnis kuliner adalah peluang bagus. Bisa menjadi alternatif baik. Sebaliknya, upaya takeover akan menghadapi sejumlah tantangan tidak mudah.

Bisa jadi meneruskan usaha makanan minuman yang sudah berjalan merupakan solusi menguntungkan, dengan risiko lebih kecil, daripada merintis usaha sejenis dari nol.

Melalui chat, anak saya dan temannya berkeinginan meneruskan usaha penjualan bakmi. Pemilik, yang merupakan lingkar pertemanan mereka, belum lama ini meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Turut berbelasungkawa.

Almarhum sebatang kara. Takada orang tua, keluarga, dan saudara yang diketahui. Usaha dikelola sendiri. Dua orang pegawai yang sehari-hari melayani pengunjung mengutarakan kegentaran mereka kepada anak saya dan temannya.

Usaha sekecil apa pun tentunya perlu pengelola, penggerak, dan penanggungjawab risiko keuangan hingga perkara legal.

Gagasan tentang takeover usaha kuliner membuat saya membongkar ingatan. Dua puluh tahun lalu mengambil alih usaha rumah makan di daerah Kuningan, Jakarta Selatan.

Lokasi bagus di gedung bertingkat daerah kawasan segitiga emas dengan tingkat hunian tinggi, peralatan lengkap, dan karyawan berpengalaman membuat saya dan teman-teman mengambil alihnya.

Mengambil alih tempat makan siap pakai bisa menjadi cara segera untuk menjalankan usaha, tanpa membangun konsep baru, menyiapkan peralatan, hingga merekrut dan melatih pegawai.

Dengan itu, investor bisa langsung menghasilkan pendapatan dan kemungkinan keuntungan-keuntungan.

Menguntungkan apabila usaha sudah berjalan bagus. Perubahan konsep dan kelalaian dalam pengelolaan yang membuatnya ambruk.

Tampak luar bisnis kuliner akan diteruskan (dokumen prinadi)
Tampak luar bisnis kuliner akan diteruskan (dokumen prinadi)

Dalam kerangka ulasan ini, usaha yang akan dilanjutkan adalah penjualan mi ayam. Namanya "Sadjang Bakmi". Terinformasi, beroperasi dari Senin sampai Sabtu pukul 11.00-21.00 WIB.

Saya sengaja datang sebelum jam buka, dalam rangka mengamati situasi. Tempat berada di Jalan Walet, menempel pada tembok kantor ATR/BPN Kota Bogor. Di kiri kanan terdapat gerai penjualan es cendol, warung nasi, kopi (buka sore), tukang cukur.

Setelah pintu dibuka, saya masuk lalu duduk sambil membaca buku kiriman Pak Agus Sutisna. Ada banyak waktu tersedia, sehingga saya tidak perlu mengganggu satu staf yang sedang melakukan persiapan. Tak lama, satu pegawai lainnya datang.

Baca buku sementara menunggu (dokumen pribadi)
Baca buku sementara menunggu (dokumen pribadi)

Ruangan berdinding putih berukuran kira-kira 4X5 meter persegi tidak mampu mengatasi panas udara ruangan, kendati dua kipas angin mengarah ke dua atau tiga meja --saya lupa.

Satu kipas lainnya membawa hawa kompor di dapur ke luar. Tempat masak terbuka, sehingga terlihat aktivitas Mbak Puti dan Mbak Diah, pegawai rumah makan bakmi, ketika memasak dan menyiapkan hidangan.

Ada tiga kelompok bakmi dalam daftar menu. Mi keriting adalah mi seperti biasa. Mi karet, terasa lebih kenyal. Disebut mi lebar karena ukurannya, mungkin serupa mi Aceh. Kayaknya perlu dicoba satu-satu.

Saya memesan mi karet yamin ayam ditambah bakso dan swekiaw. Swekiau bagai bakso lonjong dibungkus kulit pangsit lembut berwarna putih dan direbus. Minumnya, jeruk anget berhubung tenggorokan terasa tak enak.

Pengalaman menyantap hidangan bakmi tersebut akan ditulis dalam artikel berbeda.

Sebelum bayangan menjanjikan keuntungan berkelebat di kepala, ada baiknya anak saya dan temannya menimbang beberapa hal di bawah ini.

Meneliti semua elemen yang melekat pada usaha. Dari lokasi, perizinan, tempat (luas, tata letak, jangka waktu sewa), peralatan, staf, pembeli/pelanggan, legalitas, hingga kinerja keuangan.

Beradaptasi dengan bisnis yang sudah berjalan. Konsep usaha yang terbukti sudah bekerja ada baiknya tidak serta merta diubah. Lakukan penyesuaian dalam perjalanan.

Beradaptasi dengan staf. Bagaimanapun, pegawai yang ada sedikit banyak telah berkontribusi menghidupkan usaha. Ada baiknya menyerap aspirasi mereka.

Susun rencana pengembangan agar bisnis bisa berlanjut dan berkembang. Sesuaikan rencana tersebut dengan elemen yang melekat. Semisal, tidak banyak mengubah tatanan yang telah berjalan bagus.

Bicarakan dengan staf tentang pengambil alihan dan rencana pengembangan. Libatkan mereka dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Pegawai berpengalaman yang ada adalah satu asset penting.

Hasil pembicaraan menjadi kesepakatan yang melandasi jalannya usaha ke depan. Boleh dinyatakan secara tertulis atau disepakati di hadapan notaris, tergantung keperluan dan skala legalitas usaha.

Terakhir, jadikan personil yang ada --investor dan staf-- sebagai tim solid dalam meraih peluang dan menghadapi tantangan.

***

Proses pengambilalihan bisa menjadi proses panjang. Melibatkan pengumpulan dan evaluasi menyeluruh atas informasi entitas usaha yang akan diambil alih. Artikel ini tidak mengulas proses takeover yang kompleks.

Saya duga, usaha "Sadjang Bakmi" termasuk kategori UMKM. Pemeriksaan tidak serumit ketika melakukan due diligence terhadap entitas usaha skala lebih besar.

Maka uraian dan pertimbangan di atas dapat digunakan sebagai panduan ringkas dalam upaya meneruskan atau mengambil alih usaha. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun