Pasien pascastroke akan menghadapi masalah kesehatan:Â
- lumpuh/lemah sebagian badan,Â
- gangguan keseimbangan,Â
- gangguan bicara,Â
- kesulitan menelan,Â
- gangguan buang air kecil dan besar (konstipasi),Â
- bermasalah saat memakai baju,Â
- daya ingat berkurang, danÂ
- perubahan emosi.
Pasien yang pernah terserang stroke disarankan minum obat, untuk mencegah dari kemungkinan terserang lagi. Dokter juga menyarankan upaya rehabilitasi medik.
Sebuah situs mengatakan, orang yang pernah mengalami stroke 25-35 persen akan mendapat serangan lagi (sumber). Dokter meresepkan obat untuk menurunkan kemungkinan itu.
Tergantung penyebab stroke dialami, obatnya antara lain: penurun tekanan darah, pengencer darah, obat untuk mengatasi masalah jantung, penurun kolesterol.
Kemudian saya berkisah. Beberapa bulan selama masa pandemi saya sempat berhenti berobat medis. Satu alasan kuat, poliklinik tempat saya berkunjung berada di RSUD yang merupakan pusat penanganan Covid-19.Â
Alhasil tekanan darah saya melonjak hingga 179/110 mmHg saat diperiksa petugas sebelum mengikuti vaksinasi covid-19. Mau tidak mau tekanan darah harus diturunkan sebelum menerima vaksin.
Untuk itu saya menemui dokter saraf yang kemudian memberi peringatan, jika mengabaikan pengobatan medis dikhawatirkan akan muncul serangan stroke untuk kedua kalinya.Â
Serangan ulang stroke bisa membuat keadaan penderita lebih buruk bahkan mengakibatkan kematian.
Kalau langsung lewat lalu terbang ke alam damai, ya ndak apa-apa.
Lha kalau menjadi tambah tidak berdaya? Saya tidak pernah mau merepotkan keluarga dan orang sekitar sebab ketidakberdayaan. Saya ingin bisa lebih mandiri.
Penyintas stroke tidak jarang membuat orang lain gemes, bahkan kesal. Untuk urusan pribadi mesti didampingi: gunting kuku, makan, memakai baju, sampai ke kamar mandi.