Itulah yang membuat Kepala Negara pusing tak terkira. Galau. Kemudian sebuah keputusan penting mau tidak mau harus dibuat.
Setelah berkonsultasi dengan para staf ahli kekepalanegaraan dan menimbang dari segala hal secara saksama, Kepala Negara memutuskan sesuatu: memecat semua menteri dan pejabat tinggi!
Demi mengganti para menteri dan pejabat tinggi, pada hari berikutnya ia memanggil sejumlah tokoh terkemuka untuk diwawancarai secara mendalam. Sebagian calon petinggi adalah profesional. Sisanya merupakan hasil atau sedang menjalani proses naturalisasi
Diyakini, mereka adalah para tokoh belum pernah terkena penyakit berbahaya. Pihak intelijen sudah memeriksa latar belakang pendidikan, pengalaman, interaksi, dan kemampuan. Memastikan para calon petinggi belum pernah melakukan jabat tangan dengan siapa pun dalam sekian tahun terkhir. Berarti, "cling ...!"
Pengetahuan rahasia tersebut disampaikan kepada Kepala Negara, yang sekarang boleh bernapas lega. Maka dengan teguh hati ia memanggil dan mewawancarai mereka.
Namun, proses tidak berhenti di tanya jawab untuk dimintai keterangan atau pendapat perihal pemerintahan. Kepala Negara juga menyelenggarakan pelatihan militer untuk menggembleng calon petinggi negara. Dengan demikian, kelak mereka tidak mudah tertular penyakit berbahaya.
Senyum menghiasi wajah Kepala Negara. Laporan staf ahli tentang hasil pelatihan sangat memuaskan hati.
Dalam beberapa kesempatan ia menyaksikan sendiri, betapa para calon menteri dan para pejabat tinggi berkomitmen penuh, akan menghindari sekaligus berjanji memberantas penyakit berbahaya dari permukaan Negeri Selatan.
Setelah pidato pelantikan dan mengambil sumpah jabatan, Kepala Negara mendatangi satu demi satu menteri penanggung jawab kementerian dan pejabat tinggi pemegang badan.
Kepala Negara berseri-seri, "Bantu saya bekerja sungguh-sungguh dalam memajukan negara. Awas ya, jangan sampai tertular penyakit berbahaya!!!"
Kepala Negara mengucapkan peringatan, seraya kedua tangannya menjabat erat tangan para pembantunya bagai tak ingin melepasnya. Harapan besar ia taruh dalam genggaman tangan.