Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Solusi Cari Duit, daripada Desperate karena Sulit Cari Kerja

13 Oktober 2024   08:07 Diperbarui: 13 Oktober 2024   14:49 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Pedagang menjual buah di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Kamis (10/6/2021). (Kompas.id)

Sebuah mobil bagus, baru, dan berwarna hitam menepi. Penumpang menurunkan kaca mobil dan menanyakan harga. Kemudian wanita itu meminta pepaya ukuran kecil seraya menyerahkan lembaran Rp10.000.

Jumat pagi lalu saya mendadak harus melayani pembeli, berhubung sang penjual tidak ada sedang mengambil barang.

Sebetulnya, Pak Yana pedagang kopi di dekatnya mendapatkan amanat dari penjual pepaya. Namun, saat itu ia sibuk mengaduk kopi untuk pemesan yang sudah menunggu.

Jadilah saya menjadi penjual pepaya dadakan di di tepi jalan Tentara Pelajar, Kota Bogor. Ada tiga harga. Paling besar, Rp20.000 per buah. Ukuran sedang, Rp15.000. Kecil, Rp10.000 sebuah.

Rak kayu belum penuh. Pepaya dipajang baru setengah dari jumlah seharusnya. Penjual mengambil pepaya di gudang milik pedagang grosir, sekitar 3,5kilometer dari tempatnya berdagang.

Setengah jam kemudian ia datang membawa keranjang berisi pepaya matang pada jok motor matiknya.

Beratnya kira-kira 50 kilogram. Dua kali balik, berarti mengambil 1 kuintal pepaya berbagai ukuran dengan total harga Rp700.000.

Pedagang tersebut, namanya Yusuf, kulak (membeli dalam jumlah banyak) pepaya secara tunai tiap tiga hari sekali. Selain karena habis, buah tropis itu hanya mampu bertahan tiga hingga empat hari.

Dari modal tersebut ia mendapatkan hasil Rp1.000.000 sampai Rp1.500.000. Tidak jarang menjual kurang dari nilai itu. Hitungan kasarnya, ia menarik untung kotor Rp300.000 Rp800.000 selama tiga hari.

Lumayan daripada membuang energi, lalu desperet-deperetan ikut-ikutan memasang tagar desperate karena sulit mendapatkan pekerjaan kantoran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun