Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Pasar Tumpah di Bogor, Premanisme, dan Perebutan Kekuasaan

10 Oktober 2024   14:06 Diperbarui: 12 Oktober 2024   07:23 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah uang dikutip demikian besar. Jauh lebih besar nilainya dibanding yang diberitakan, kecuali pedagang ikan pindang tadi mendramatisasi cerita.

Berapa pun nilainya, pedagang tumpah Jalan Merdeka merupakan bunga-bunga yang mengundang kumbang datang dan memperebutkannya. Kira-kira, siapa paling jagoan maka ia menjadi penguasa kawasan. Bisa saja timbul perang saling memperebutkan kekuasaan.

Syukurlah, aparat gabungan datang mengamankan dalang pungli pasar tumpah Jalan Merdeka. Juga mendirikan tenda peleton dan spanduk anti premanisme untuk menciptakan rasa aman kepada pedagang. 

Semoga rasa aman dan ketertiban itu tumbuh subur untuk selamanya.

Pasar tumpah berada di sekitar pertemuan Jalan Merdeka dan Jalan Mawar, area perlintasan yang mestinya bebas dari pedagang. 

Pada pagi hari kegiatan jual beli itu membuat macet lalu lintas, berbarengan dengan jam keberangkatan anak ke sekolah dan orang berangkat kerja.

Pasar tumpah Jalan Merdeka dekat dengan dua pasar tradisional, yaitu Pasar Anyar dan Pasar eks Terminal Merdeka. Perjalanan sejarak 1,5 km dari Pasar Anyar menuju Pasar eks Terminal Merdeka, akan melewati pedagang menempati trotor dan tepi jalan.

Dugaan saya, ada beberapa hal yang mendorong mereka terpaksa berdagang di tempat dilarang berjualan itu:

  • Harus diakui, dua pasar tradisional di atas tidak mampu menampung jumlah pedagang.
  • Akses tepi jalan membuat pembeli leluasa berbelanja barang segar dan murah. Bangunan pasar mengharuskan pembeli memarkir kendaraannya dan masuk ke lantai bawah (basement).

"Kelemahan" yang kemudian menyuburkan pedagang menempati area di luar pasar tradisional. Di tempat-tampat yang jauh dari pasar resmi, menduduki area dilarang, dan kegiatannya membuat macet.

Pedagang liar di area tersebut rentan terhadap pemerasan atau pungli dengan ancaman, dari oknum maupun preman.

Kabar selentingan mengatakan, sementara oknum meminta uang agar pedagang "aman" berjualan. Bila ada rencana pembersihan atau kunjungan petinggi, oknum menginformasikan ke pedagang agar pada hari itu tidak membuka lapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun