Warung tampak biasa saja, tetapi merahnya sambal dalam cobek menggoda mata yang kemudian menyuruh badan untuk mampir.
Kios kira-kira ukuran 4x4 meter persegi berada di Jalan Veteran Belakang, Kota Bogor. Jalan yang hanya bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor itu bersisian dengan sungai Cidepit.
Di dalamnya terdapat meja persiapan bahan, kompor, etalase, dan meja panjang untuk yang makan. Di atas meja terletak cobek besar berisi sambal.
Sambal merah meriah itulah yang memanggil-manggil jiwa untuk menghampiri sekalian mencicipinya. Bukan untuk pertama kali saya makan di warung tersebut. Oktober 2022 dua tahun lalu pernah singgah.
Setelah berbincang, baru diketahui bahwa Bu Nunung pemilik Warung Panghegar itu sempat berjualan nasi di halaman luar Stasiun Bogor.
Beberapa kali saya makan di sana. Meski keadaannya kumuh dan terbuka, sambal dalam cobek menyeret saya untuk memasuki warung di antara beragam barang dagangan. Tergusur karena operasi pembenahan wajah stasiun.
Kalau tidak salah, tahun 2012 Ignatius Jonan (Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia) menertibkan lapak dagangan liar di sekitar stasiun. Sebelumnya, mereka membayar upeti kepada oknum.Â
Ketegasan Jonan berhasil mengembalikan wajah cantik Stasiun Besar Bogor.
Lalu Bu Nunung berjualan di seberang stasiun, yakni di area yang sekarang menjadi Alun-Alun Kota Bogor. Saya belum pernah mampir di tempat ini.