Apalagi jika selain berlaku sebagai aktor, ia juga mahir menulis naskah dan menjadi sutradara sekaligus produsernya. Genius.
Kemampuan lengkap ditambah ketangkasan menuturkan lakon, akan membuat penonton tersihir dan terbang ke dunia angan penuh impian. Yang penting, mereka memahami, senang, dan harapan-harapan (akan) terpenuhi.
Imajinasi yang kemudian membawa aku ke kampus ternama, mempelajari dunia peran. Cum laude membawa ke pendidikan lebih tinggi di negara asing.
Kembali ke tanah air, aku membangun panggung. Pergaulan luas dengan kalangan penting, membuatku terkenal.
Aku tiba pada tahun pengerahan massa untuk menonton pertunjukan demi pertunjukan.
Aku punya kemampuan lengkap. Memborong peran merancang skenario, menjadi bandar yang membiayai panggung, menyutradarai, sekaligus menjadi aktor
Namun, tak sedikit mereka yang ikut berkompetisi memaksakan diri dan berusaha menjadi genius. Padahal, takada kemampuan.
Baiklah. Itu tidak masuk dalam hitunganku, yang mahir melakoni peran sebagai pahlawan. Sebagai aktor protagonis yang didewa-dewakan oleh para penonton.
Aku menempatkan lawan-lawan selaku tokoh antagonis. Mencari keburukan-keburukan pribadi dan keluarganya. Penonton terpengaruh lalu membenci mereka.
Makin lama aku makin mahir menggelar lakon memikat, menciptakan lambang-lambang dan janji-janji yang sekiranya mewakili perasaan, harapan, impian rakyat banyak yang menjadi penonton.
Maka dalam peran sebagai aktor lengkap, aku melontarkan jargon-jargon yang berkonotasi "aku adalah rakyat", "kita berjuang bersama ", dan semacamnya.