Melalui jembatan kecil di atas bendung, pada ujungnya terlihat pintu pengendali. Sebagian air Sungai Cipakacilan dialirkan menuju saluran irigasi Cidepit. Roda dan konstruksi besi buatan Bekanda itulah yang mengatur distribusi air.
Setelah jembatan tampak jalan lingkungan, yang tertata rapi, saya menapak di jalan lingkungan berlapis bergambar pola geometris dilapis vernis. Rumah-rumah tampak baru dilabur dengan warna-warna cerah. Terdapat taman-taman kecil, pot-pot bunga, dua meja panjang, dan tempat duduk.
Keadaan sekarang berbeda dibanding dua tahun lalu, ketika saya melewati daerah tersebut.
Pada jalan lingkungan rapi berwarna terakota terdapat deretan lapak penjual kopi dan singkong goreng, gado-gado, soto mie, talas kukus, takoyaki, soto kuning, nasi ayam geprek, nasi rames, combro, dan sebagainya.
Harganya, wajar dan relatif terjangkau. Tidak nggetok, seperti harga makanan/minuman di sebagian tempat wisata lain. Dalam kacamata saya, tempat yang diapit oleh dua aliran air ini bisa menjadi tempat wisata dan tujuan kuliner.
Setelah makan combro, saya kembali ke tujuan semula menyelesaikan rasa penasaran, yaitu menjajal sensasi pesan makanan di warung kerek.
Dari seberang Sungai Cipakancilan terlihat dua rumah yang menyediakan hidangan. Pesan-antar dilakukan melalui kotak plastik yang tergantung pada tali, kemudian dikerek ke dan dari warung.
Pada satu warung kerek saya memesan roti bakar dan tahu krispi. Di warung kerek satu lagi, pesan mi gacoan "KW", air mineral, dan americano (kopi hitam) tanpa gula.