Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tetap Berteman, tapi Tidak sebagai Rekan Usaha

2 September 2024   07:09 Diperbarui: 2 September 2024   07:10 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teman sebagai rekan usaha, Foto oleh fauxels dari pexels.com

Ia tidak mau lagi bermitra dengan temannya berapa pun tawarannya, lantaran terluka dengan teman yang mengecewakan dan tidak tepat janji.

Juned, sebutlah demikian, melalui telepon mengatakan kepada saya bahwa ia bisa memaafkan, tetapi tidak mampu melupakan perbuatan temannya. Memaafkan Lalu Melupakan? Memaafkan, bisa. Melupakan? Baginya, sulit melepas ingatan atas perilaku teman yang mengecewakannya.

"Tolong sampaikan kepada Berlin (nama samaran) tetap berteman saja, kita tidak lagi bisa menjadi rekan usaha!"

Juned menutup pembicaraan melalui angin, membuat kening berkerut.

Sebelumnya, Berlin meminta saya agar menelepon Juned lantaran memerlukan keahliannya dalam bisnis yang baru saja dibentuk. Ia mengatakan, sedang slek (bahasa gaul untuk berselisih paham) dengan Juned.

Belakangan saya mengetahui bahwa Berlin pernah bekerja sama dalam satu usaha. Bukan sebagai mitra berbagi modal. Mewakili pemilik saham, sebagai direktur Berlin menggunakan keahlian Juned untuk turut menggerakkan perusahaan.

Cerita singkatnya, Berlin mengelola perusahaan penerbitan tabloid mingguan (in house magazine). Juned memiliki tim jurnalis kompeten.

Klop. Kapital dan manajemen bertemu dengan keahlian. Ditambah, Berlin dan Juned merupakan teman lama.

Dalam perjalanan, usaha sempat bersinar. Kemudian memudar, berhubung muncul ketidakpercayaan di antara satu sama lain.

Apa pun itu, hubungan menjadi slek. Juned menarik timnya. Tanpa kelompok terampil, perlahan sinar usaha meredup dan akhirnya bangkrut.

Lumayan lama mereka tidak menjalin komunikasi, sampai satu ketika Berlin teringat dengan kemampuan Juned. Satu keahlian spesifik yang sangat diperlukan dalam usahanya yang baru.

Merasa kikuk dengan temannya itu, ia meminta tolong kepada saya agar menelepon Juned dan menyampaikan maksudnya. Dua orang itu adalah teman baik saya yang berada di pihak netral.

Kata Berlin, akan ada perjanjian tertulis. Ada kompensasi bagus yang sayang untuk ditolak begitu saja. Semuanya akan diperlakukan sesuai kaidah bisnis.

Namun, pernyataan Juned di atas telah menutup kemungkinan kerja sama di antara teman dalam menjalankan usaha. Berteman saja, tidak sebagai rekan usaha!

Sesungguhnya tidak ada yang salah, ketika antar teman bareng dalam satu usaha. Dalam bentuk kemitraan atau hubungan kerja.

Memulai bisnis dengan melibatkan teman dapat menjadi upaya menyenangkan, sebaliknya ia berpotensi menimbulkan risiko.

Paling tidak, mengenal karakternya sebagai teman. Itu meringankan ketika memberinya delegasi dan tanggung jawab.

Dengan teman, tidak ada hambatan dalam komunikasi secara jujur. Berbeda dengan mitra yang sama sekali baru.

Teman bisa mendukung ketika menghadapi tekanan dalam perjalanan wirausaha. Bisa berbagi suka dan duka.

Sebaliknya, timbul risiko keuangan dan yang menyangkut pribadi. Fokus hubungan sekarang lebih kepada meraih kesuksesan bisnis. Tidak lagi bersenang-senang atas nama persahabatan

Hubungan kerja yang mekanis mungkin saja memunculkan konflik yang berimbas pada hubungan pribadi. Sebaliknya, perselisihan pribadi akan berpengaruh kepada urusan profesional.

Bagaimanapun, hubungan pertemanan dalam bisnis akan saling terkait. Itu mengubah cara berinteraksi satu sama lain, yang tidak sama lagi dengan saat menjadi teman saja.

Artinya, sebelum memutuskan untuk kerja bareng teman perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut :

  • Memahami satu sama lain bahwa pertemanan berbeda dengan hubungan profesional.
  • Sama-sama memiliki nilai-nilai dan etos kerja mendukung untuk meraih kesuksesan usaha bersama. Tentu saja dalam proporsi masing-masing.
  • Keahlian dan keterampilan teman dapat menambal kekurangan atau menambah kekuatan bisnis.
  • Buat dokumen kemitraan secara tertulis.
  • Bicarakan dengan teman tentang gagasan dan visi bisnis. Harapannya, ia mampu bergerak selaras dengan target hendak dicapai oleh usaha.
  • Tentukan dengan jelas peran dan posisi teman di dalam perusahaan. Jangan jadikan ia sebagai mitra/pegawai serba bisa.
  • Kerap lakukan komunikasi terbuka dan jujur, yang akan menjadi katup ketika terjadi masalah/konflik dalam usaha.
  • Ada bagusnya, memisahkan urusan kerja dan pribadi. Hubungan profesional demikian sangat penting, agar pihak lain dalam usaha tidak merasa terabaikan.
  • Terakhir dan tidak bisa disepelekan adalah memberi kompensasi, fasilitas, bonus, bahkan pembagian keuntungan kepadanya sesuai pencapaian.

Menjalankan bisnis bersama teman, baik sebagai mitra usaha maupun pemanfaatan keahlian/keterampilan, akan berlangsung mulus dan produktif jika memerhatikan pertimbangan-pertimbangan di atas.

Kalaupun terjadi konflik, bahkan timbul masalah sehingga usaha tidak berlanjut, hubungan pertemanan tidak berubah tetap seperti sebelumnya. 

Malahan, jika ada peluang membangun bisnis baru, tidak rugi menempatkan teman sebagai rekan usaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun