Lumayan lama mereka tidak menjalin komunikasi, sampai satu ketika Berlin teringat dengan kemampuan Juned. Satu keahlian spesifik yang sangat diperlukan dalam usahanya yang baru.
Merasa kikuk dengan temannya itu, ia meminta tolong kepada saya agar menelepon Juned dan menyampaikan maksudnya. Dua orang itu adalah teman baik saya yang berada di pihak netral.
Kata Berlin, akan ada perjanjian tertulis. Ada kompensasi bagus yang sayang untuk ditolak begitu saja. Semuanya akan diperlakukan sesuai kaidah bisnis.
Namun, pernyataan Juned di atas telah menutup kemungkinan kerja sama di antara teman dalam menjalankan usaha. Berteman saja, tidak sebagai rekan usaha!
Sesungguhnya tidak ada yang salah, ketika antar teman bareng dalam satu usaha. Dalam bentuk kemitraan atau hubungan kerja.
Memulai bisnis dengan melibatkan teman dapat menjadi upaya menyenangkan, sebaliknya ia berpotensi menimbulkan risiko.
Paling tidak, mengenal karakternya sebagai teman. Itu meringankan ketika memberinya delegasi dan tanggung jawab.
Dengan teman, tidak ada hambatan dalam komunikasi secara jujur. Berbeda dengan mitra yang sama sekali baru.
Teman bisa mendukung ketika menghadapi tekanan dalam perjalanan wirausaha. Bisa berbagi suka dan duka.
Sebaliknya, timbul risiko keuangan dan yang menyangkut pribadi. Fokus hubungan sekarang lebih kepada meraih kesuksesan bisnis. Tidak lagi bersenang-senang atas nama persahabatan
Hubungan kerja yang mekanis mungkin saja memunculkan konflik yang berimbas pada hubungan pribadi. Sebaliknya, perselisihan pribadi akan berpengaruh kepada urusan profesional.