Pertempuran umumnya dilakukan dengan perlengkapan perang yang terbatas. Sering kali, persenjataan maupun kekuatan pasukan pejuang dan milisi rakyat tidak berimbang dibanding kekuatan militer penjajah.
Namun, semangat patriotik mempertahankan kemerdekaan menjadi bahan bakar dahsyat. Ditambah strategi pengepungan, hit and run, dan perang gerilya membuat perlawanan menjadi sangat berarti. Pertempuran yang menakutkan bagi para agresor asing bersenjata lengkap.
Kunci keberhasilan pasukan pejuang mempertahankan kemerdekaan adalah, serangan sporadis yang dilancarkan secara cepat dan mendadak ke pos-pos militer asing. Juga serangan tiba-tiba kepada iringan pasukan Belanda.
Strategi tersebut dilakukan demi menyiasati keterbatasan persenjataan api dan jumlah pasukan.
Persediaan senjata api merupakan hasil melucuti tentara Jepang yang kalah perang dan pasukan NICA yang berhasil ditaklukkan.
Kekurangan dari persenjataan, para pejuang dan milisi rakyat menggunakan beragam senjata tradisional maupun buatan sendiri.
Ada yang memanfaatkan keris, rencong, kelewang, kujang, sumpit dengan anak panah yang dioles racun, golok, dan sebagainya. Ragam senjata khas yang tersedia menurut daerahnya.
Sedangkan senjata buatan adalah bambu runcing, yaitu bambu yang ujungnya dibuat runcing. Biasanya menggunakan buluh bambu kuning dan jenis bambu lain yang batangnya nyaman digenggam.
"Bambu runcing memang bisa untuk senjata perang?" Rasa penasaran sang bocah menyeruak.
"Kenapa tidak? Semangat mempertahankan kemerdekaan mendorong mereka untuk melawan para penjajah. Buktinya, pada akhirnya pasukan penjajah pergi dari negara kita."