Ditambah, saya tidak punya bakat sebagai pedagang mobil bekas. Tidak tega menjual terlalu mahal. Tidak bisa menawar mobil bahan dengan harga semurah-murahnya.
Meskipun secara hitung-hitungan hobi tidak menguntungkan bagi saya, kesenangan dan relaksasi yang didapat tidak dapat dinilai dengan uang.
***
Hobi lainnya adalah memasak, muncul karena kerap melihat ayah (almarhum) membuat kreasi masakan.Â
Kebiasaan dan kebisaan memasak berlanjut saat hidup di rantau. Menyiasati pengeluaran dengan membuat sendiri sarapan dan hidangan malam pulang kantor.
Umumnya masakan simpel dan mudah ditelan. Kadang eksperimen bikin hidangan gaya sendiri. Kalau olahan rumit yang butuh waktu lama, ya menyontek resep.
Ada kesenangan saat memasak. Ditambah, kegembiraan melihat orang lain menikmati hasil masakan.
Satu ketika hobi memasak menjadi jalan keluar dari kesulitan yang menjepit. Ceritanya begini.
Menyusul reformasi 1998, tempat saya bekerja tiarap dan kemudian bangkrut. Takada gaji terakhir pun pesangon.
Untuk memperoleh penghasilan, saya mendadak berdagang di Lapangan Parkir Timur Senayan (GBK) Jakarta. Menggunakan mobil hatchback, pintu belakang dibuka untuk memajang barang dagangan. Saya menjual pisang cokelat.
Zaman itu penjual camilan ini belum banyak. Setahu saya, di Jakarta ada di depan SMAN 3 Setiabudi dan Pasar Baru.