Pihak imigrasi mengatakan, ia sepertinya tidak pergi dari kota apalagi ke luar negeri. Ia bukanlah Harun Masiku yang sakti bisa ...cling!
Maka seluruh kesatuan milik kota mencari sampai ke sudut paling terpinggirkan. Pada satu pintu air paling akhir yang padanya menumpuk segala macam sampah, terlihat sosok tertelungkup. Terapung di atas tumpukan kresek, kemasan minuman, ban bekas, kasur rusak, sofa dedel busa, dan batang-batang pohon.
Pakaiannya compang-camping tiada bisa dikenali. Tubuhnya bengkak. Membusuk. Pada beberapa bagiannya mengelupas. Wajahnya rusak sulit dikenali.
"Coba cari tanda pengenal," kata kepala polisi.
Menggunakan masker wajah dan sarung tangan, petugas mencari-cari sepotong kartu identitas.
"Ada! Ya ada, tapi keadaannya sepertinya buruk."
Dokumen dibawa ke atas. Menggunakan kaca pembesar, petugas membaca huruf-huruf tertinggal. Butuh waktu tidak sebentar meneliti tulisan di kartu yang sekian lama terendam dalam air.
Setelah menghabiskan bergelas-gelas kopi tidak diaduk, sang petugas berseru kepada kepala polisi, "Bisa dibaca, meski harus dieja huruf per huruf."
"Laksanakan," teriak kepala polisi.
"Baik, nDan! Ergh... Ka, A, eS, I, Ha... eS, A, Ye, A, eN, Ge...."
Kemudian jenazah Warga Penting itu diangkat, dimasukkan ke kantong, ditandu ke ambulans, dan dibawa menuju rumah sakit untuk diotopsi.***