Aku sempat melirik laci. Pada bagian terdalam terdapat Glock 17)* dengan magasin terisi penuh.
Pikiran itu aku tepis. Aku tidak mau berlaku sebagai orang yang kehilangan nurani sebab siksaan dendam. Tidak!
Aku menarik napas panjang dari hidung. Menahannya di dasar perut. Mengeluarkan udara perlahan melalui mulut.
Tiga kali melakukannya sekarang aku merasa jauh lebih tenang. Sejatinya badai yang mengombakkan darahku mulai reda.
Aku memandang tajam dua matanya, mendengarkan keterangan secara seksama tentang kesulitan keuangan dihadapi keluarganya.
Besar harapannya, aku memberi jalan keluar.
"Baiklah kalau begitu. Datanglah ke HRD. Mereka akan menempatkanmu sesuai dokumen kamu bawa"
Orang tersebut tergagap, lalu mengucapkan terima kasih. Pelan. Sangat pelan sehingga bagai bisikan.
Kelegaan memancar dari wajahnya. Ia berdiri. Melekukkan punggung penuh takzim. Berbalik. Tepatnya, hampir membalikkan badan.
"O ya, tolong sampaikan catatan ini kepada petugas di HRD," aku menyodorkan secarik kertas lalu mengibaskan punggung tanganku.
)* Glock 17 adalah jenis pistol semi otomatis buatan Austria.