Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Egois Jadi Perokok, Asapnya Berbahaya bagi Anak

27 Juni 2024   10:08 Diperbarui: 27 Juni 2024   11:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ternyata perokok itu egois, Foto oleh Petar Starevi dari pexels.com

Bahaya bisa menimbulkan kerugian, kesengsaraan, bencana, dan semacamnya. Bahaya adalah sesuatu yang (mungkin) mencetuskan kemalangan.

Itu kata KBBI.

Kompas.id 26 Juni 2024 menurunkan berita, asap rokok menyebar ke hidung anak turut memicu peningkatan risiko stunting padanya (sumber).

Tinggi anak (atau panjang bayi) tidak berkembang sesuai umur merupakan tanda tengkes (stunting).

Tengkes merupakan gangguan yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, sejak pertumbuhan embrio sampai usia 23 bulan.


Selain tidak mendapatkan air susu ibu (ASI) secara ekslusif, kurang asupan gizi, infeksi berulang, dan lainnya, serbuan asap rokok berperan dalam peningkatan risiko tengkes pada anak

Beberapa kali saya melihat, seorang bapak membawa bayi sambil berbincang dengan tetangga berbarengan mengepulkan asap putih.

Pada satu proyek rehabilitasi bangunan SMP, kepala sekolah mengisap tabung kertas berisi tembakau di ruangannya. Ia pun mengizinkan saya merokok bersama, sembari menikmati kopi hitam. 

Kepala sekolah dan saya lupa bahwa kawasan sekolah termasuk daerah larangan untuk merokok.

Kawasan tanpa rokok (KTR) merupakan area dilarang untuk merokok, termasuk memproduksi, menjual, hingga mempromosikan produk tembakau.

Itu kata Kementerian Kesehatan RI. Selanjutnya Kemenkes menyebutkan, KTR meliputi:

  • Fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, klinik, rumah sakit, dan seterusnya.
  • Tempat belajar mengajar meliputi sekolah, perpustakaan, ruang praktik atau laboratorium, ruang pelatihan, auditorium, museum dan semacamnya.
  • Tempat anak bermain, baik di ruangan terbuka maupun ruang tertutup.
  • Angkutan atau transportasi umum.
  • Tempat kerja, tertutup atau terbuka.
  • Tempat umum, yaitu tempat tertutup untuk kegiatan masyarakat.

Waktu masih menjadi perokok, sebisa mungkin saya tidak merokok di KTR. Kalaupun harus, sebab tubuh sudah "nagih", saya melakukannya di tempat yang disediakan untuk merokok.

Atau mengepulkan asap di luar tempat tersebut.

Pertama kali punya bayi, tidak lantas menyurutkan keinginan merokok. Saya pun melakukanya di luar rumah. Di teras rumah sambil seruput kopi tubruk. Sedapnya!

Saya tidak menyadari, atau pura-pura bego, bahwa asap mampu menyelusup melalui kisi-kisi angin yang bahkan tertutup kasa nyamuk.

Terlalu egois! 

Mengingat itu, saya menilai sebagai perilaku terlalu egois. Mendahulukan kenikmatan merokok ketimbang mengindahkan kesehatan anak.

Bacaan di awal artikel mengingatkan kembali kepada kelakuan egois saya, tidak mengindahkan kerugian yang akan dihadapi oleh anak dan orang lain.

Menurut saya perokok sangatlah egois. Demikian mementingkan kesenangan diri sendiri, maka saya sebagai perokok waktu itu mengabaikan kenyataan bahwa asap rokok dapat membahayakan anak.

Embusan asap rokok di dekat anak berpotensi meningkatkan stunting pada anak.

Makanya, jangan egois jadi perokok!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun