"Rugi dong? Bukankah harga sebungkus rokok mahal, bermerek pula? Kopi?"
"Ya, mau gimana lagi? Ntar juga ada gantinya," wanita pemilik kios tersenyum.
Namanya Atikah. Usianya kira-kira belum 40 tahun. Tinggal tidak jauh dari kios. Putranya dua. Suaminya bekerja sebagai satpam.
Bu Atikah berjualan dari pagi hingga Zuhur. Menurut pengakuannya, hasil dari kios lumayan membantu asap dapur tetap ngebul.
"Rata-rata dapet tiga ratus sehari."
Kotor. Belum dipotong modal.
Barang-barang dijual memberikan keuntungan lumayan. Sepuluh hingga tiga puluh persen. Bu Atikah juga ketitipan gorengan dan buras (lontong isi oncom) dengan upah titip 20 persen.
Margin penjualan paling lebar adalah kopi seduh. Ia mampu menyumbang keuntungan secara signifikan.
Pasangan ngopi biasanya rokok. Gulungan isi tembakau itu menjadi satu barang kerap dicari orang saat mendatangi kios pinggir jalan.
Meskipun tidak tersedia tempat duduk untuk seruput kopi, empat meter dari kios ada bangku panjang dan kanstin (beton pracetak pembatas trotor).