Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Rahasia Kampung di Atas Bukit

22 Juni 2024   06:15 Diperbarui: 22 Juni 2024   07:16 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum kepala terlanjur mengembung, aku dan teman-teman segera membalas sapaan. Melanjutkan perjalanan, di hadapan terhidang jalan setapak, zig-zag, dan menanjak untuk disantap sampai puncak tujuan.

Kendati jalan dibuat berliku kiri kanan agar lebih landai, bagiku masih terlalu mendaki.  Aku menapakkan kaki satu demi satu secara perlahan seraya mencondongkan badan ke depan. Sasaran ditetapkan cuma satu: saung tempat istirahat!

Sampai tujuan, napasku hampir putus kala meraih tiang saung dengan pandangan berkunang-kunang. Butuh waktu lumayan lama untuk minum, menghabiskan bekal, dan menimba udara.

Tujuan terakhir adalah rumah Pak Apung, tempat menginap selama beberapa hari. Saat itu aku dan teman-teman menghabiskan waktu dua jam untuk mencapai kampung di atas bukit.

Pak Apung dan istrinya amatlah ramah. Wanita pendamping yang tampaknya berperawakan terlalu tinggi untuk warga di desa itu, bahkan untuk ukuran kota.

Melihat sepintas, bola matanya sedikit kebiru-biruan. Rambutnya panjang, berombak, dengan warna keemasan. Bukan karena sering terpapar sinar matahari, kalau itu mah rambut kuning butek. Ini lebih tepat disebut pirang, agak pirang. Entahlah.


Pada hari Sabtu sore seorang gadis ikut membantu menghidangkan camilan dan kopi.

"Ini anak saya. Seminggu sekali atau pas libur, pulang kampung."

Belakangan aku mengetahui gadis itu bernama Kania. Tidak seperti gadis-gadis di desanya yang menikah dini, Kania lebih suka melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

Berbincang dengannya, aku tahu ia sedang menjalani tahun awal di IKIP, Institut Keguruan dan Pendidikan, Bandung (kemudian menjadi Universitas Pendidikan Indonesia).

Gadis dengan pandangan maju. Rasanya betah berada di dekatnya membincangkan segala hal. Ilmu pengetahuan, kondisi mutakhir, rencana-rencana, hingga masa depan. Percakapan menyenangkan berlangsung pada kepulangan menuju rumah Pak Carik, pada hari Senin setelah subuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun