Ternyata isu transisi Energi Baru Terbarukan (EBT) tidak menyentuh perempuan-perempuan ini, yang sejatinya sehari-hari berhubungan dengan energi.
Tidak perlulah ditanya tentang Pembangunan Berkelanjutan atau Net Zero Emission. Mereka bakal tanya balik, mahluk apa itu?
Simpulan tersebut didapat setelah menanyakan ihwal EBT kepada beberapa perempuan di satu lingkungan permukiman.
Apabila menghendaki gambaran lengkap dan akurat, mesti ada satu tim kompeten yang mengadakan riset dengan metodologi dan teknik memadai.
Dugaan sementara di atas pun bukan generalisasi. Ia ditarik dari perbincangan santai dengan segelintir warga Cimanggu Kecil hingga Ciwaringin, yang terletak di Kelurahan Ciwaringin, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Pertanyaannya sederhana, pernah mendengar istilah Energi Baru Terbarukan atau pembahasan di sekitar EBT?
Perempuan yang menjadi tempat tanya adalah emak-emak yang mengerumuni lapak penjualan sayur, pemilik kios di satu sudut jalan, penjual gado-gado, penjaja gorengan.
Mereka semua mengaku baru mengetahui istilah Energi Baru Terbarukan. Boro-boro menunjukkan praktik pemanfaatan, memahami EBT pun tidak.
Kecuali penjemuran pakaian, pada kenyataannya memang tidak tampak wujud penggunaan EBT berkelanjutan.