Umumnya rumah-rumah warga berada di dalam gang. Rata-rata memiliki lahan relatif sempit, sehingga tidak ada ruang inovasi untuk EBT.
Beberapa warga menghuni wilayah bantaran sungai dengan aliran lumayan deras, namun tidak tampak pemanfaatan tenaga air sebagai sumber energi.
Jadi tidak ada praktik-praktik baik dapat menjadi contoh sukses peran perempuan, dalam transisi energi setempat.
Sesungguhnya saya ingin menyampaikan penjelasan sebagaimana diurai di bawah ini. Saya ingin mengutarakannya secara sederhana, tetapi hati kecil menahannya. Mencegah agar saya tidak sedang berbicara bahasa planet lain kepada perempuan-perempuan tersebut.
Mengutip sana sini, Energi Baru Terbarukan adalah sumber energi yang secara alami dapat diperbaharui, cenderung langgeng, dan ramah lingkungan. Berbeda dengan energi dari fosil, yang ketersediaanya terbatas.
Pemanfaatan EBT atau renewable energy merupakan salah satu upaya, mengatasi dampak negatif dari perubahan iklim dan lingkungan. Sedangkan jenis-jenisnya meliputi:
- Tenaga Air (hydropower). Merupakan aliran air bendungan atau sungai yang menggerakkan mesin pembangkit istrik.
- Energi Surya (solar energy). Rangkaian panel surya untuk menangkap sinar matahari dan mengubahnya menjadi listrik.
- Tenaga Angin (wind energy). Energi kinetik angin menggerakkan kitiran yang memutar dinamo sehingga menghasilkan listrik.
- Energi Panas Bumi (geothermal). Tenaga panas bumi untuk memutar turbin menjadi listrik.
- Biomassa (biomass energy). Berasal dari bahan organik (limbah pertanian, perternakan, sampah), digunakan untuk menhasilkan biogas hingga tenaga pembangkit listrik.
- Energi Ombak (wave energy). Naik turunnya gelombang laut dapat menjadi sumber tenaga untuk menggerakkan turbin listrik.
Sayangnya perempuan-perempuan di permukiman lumayan padat itu tidak terinformasi, mengenai transisi Energi Baru Terbarukan berikut pemanfaatannya.
Mereka patut turut berperan dalam transisi energi yang setara. Layak terlibat lalu memperoleh manfaat dari transisi energi adil.
Berharap ke depan mereka memperoleh pemahaman utuh tentang EBT dan pemanfaatannya. Pemahaman yang merembes ke ruang pemikiran, sehingga perempuan-perempuan di permukiman lumayan padat berperan penting dalam transisi Energi Baru Terbarukan.
Andai ada satu kelompok penggagas atau penggerak untuk mewujudkan EBT lokal sebagai sumber daya, semisal biomassa dan aliran sungai (hydropower), diperkirakan inisiasi tersebut bakal mendapat sambutan hangat.
Antusisme bisa muncul, mengingat makin mahalnya perolehan energi eksisting seperti listrik PLN dan elpiji. Sebagian perempuan itu juga menanggung kelompok rentan, bahkan yang tergolong ke dalamnya.