Sekarang Pak Yana menambah item dagangan. Bukan komplementer seperti rokok, kacang coreng, camilan, gorengan.
Dengan barang dagangan yang bersifat saling mengisi atau melengkapi itu, biasanya ada potensi peningkatan pendapatan melalui teknik penjualan silang (cross-selling).
Ah tanpa strategi itu, peminum kopi cenderung ingin mengunyah sesuatu ketika melihat ada camilan dipajang. Pak Yana tidak menyediakannya.
Atau meningkatkan penjualan dengan strategi upselling. Menawarkan ragam kopi dengan kualitas lebih tinggi, lebih bergengsi, dan tentu saja lebih mahal.
Tidaklah yau! Umumnya konsumen kopi tepi jalan, juga starling (starbak keliling), mencari kopi yang mereka biasa konsumsi dan pasti-pasti harganya terjangkau.
Kalau mau ngopi di tempat yang jauh lebih nyaman dan bergengsi, datang saja ke setarbak atau gerai kopi berpendingin udara. Penikmat kopi di lapak Pak Yana hanya butuh ngopi. Titik.
Pak Yana menjual kopi di tepi jalan untuk mengisi waktu, sementara belum ada panggilan pekerjaan, dengan melakukan kegiatan produktif sesuai kemampuan dan permodalan.
Pria itu tadinya bekerja sebagai tukang. Beberapa tahun belakangan orderan sepi. Mungkin pengaruh situasi perekonomian yang menurun. Bisa juga akibat berkurangnya kemampuannya untuk bersaing, mengingat usia Pak Yana sudah tidak muda lagi.
Maka ia berjualan kopi dari pukul 8.00 hingga tibanya waktu Asar. Meski berdagang di pinggir jalan, itu menjadi katup meneruskan kehidupan bagi Pak Yana.
Dengan tambahan barang dagangan berupa nanas, pendapatan harian pun bertambah. Ia tidak akan pernah memikirkan teknik penjualan cross-selling atau upselling, tetapi dengan menjalankan cara sederhana.
Satu kawan baiknya, yang menjadi pemasok nanas madu kepada para reseller, menawari Pak Yana untuk menjual barang dagangannya. Tidak perlu modal awal, asalkan mau rapi mengupas dan menunggu pembeli.