Sebelumnya ia hanya menjual kopi seduh dari kemasan saset. Kini dagangannya bertambah. Bertambah pula cuan didapat.
Bukan produk yang bersifat melengkapi kopi seduh, semisal rokok atau penganan. Ia menambah barang dagangan berupa nanas madu dari Pemalang.
Belum lama buka, empat bungkus nanas kupas masing-masing berisi empat buah sudah laris dibawa pembeli.
Sementara sebuah truk angkutan puing berhenti, sopir dan dua asistennya membeli kopi seduh dibungkus. Dua pembeli lainnya bersila menikmat kopi.
Saya duduk di kayu bekas peti buah, karena tidak bisa bersila. Menyeruput kopi tidak diaduk, lalu meletakkannya pada betonan tiang listrik, sambil mengamati penjual kopi.
Namanya Pak Yana. Berjualan kopi dan nanas di tepi jalan besar. Pembeli duduk di atas rumput di bawah rindangnya pepohonan, beralaskan spanduk bekas alat peraga kampanye.
Dulu ia hanya menjual kopi seduh. Membawa rencengen aneka merek kopi saset yang digantung pada struktur sederhana terbuat dari kayu.
Jika ada pembeli, ia menyeduh bubuk kopi dengan air dari termos tahan panas. Harga kopi seduh dalam gelas plastik sekali pakai Rp3.000.
Agar gelas berisi kopi berdiri stabil, Pak Yana menyisipkan gelas plastik lain yang dipotong menjadi kaki.
Pembelinya beragam. Pelintas yang butuh kopi harga murah, sesama pedagang tepi jalan (pengemudi ojol, penjual kaos, pedagang helm, penjaja buah), dan lainnya.