"Anak-anak? Cucu?"
"Mereka juga ke dokter kantor."
"Biayanya berapa?"
"Tidak bayar, yang mulia. Maksud saya, ditanggung oleh kantor. Apalagi suami saya bos besar. Maksud saya mantan bos di kantor itu."
"Lantas duit ratusan juta, yang sebagian diambil dari kas kantor sebagian dari hasil memeras bawahan, untuk biaya sekinker di mana?"
"Tidak tahu, yang mulia," istri terdakwa sepintas melirik suaminya menundukkan kepala di kursi terdakwa, "Lagian saya tidak muda lagi. Tidak perlu berlebihan dalam perawatan kulit."
Kemudian panitera maju ke meja tinggi. Menyerahkan sebuah map bukti ke salah satu dari para pria mulia yang sepertinya ketua.
Sang ketua dari para pria berbaju hitam memakai toga membuka map. Membolak-balik kertas-kertas.
"Di bon-bon pembayaran perawatan, dari sebuah klinik sekinker paling eksklusif paling mahal di ibukota, tertulis jenis perawatan, biaya, dan nama pasien."
Sejenak ketua dari para pria berbaju hitam memakai toga mengernyitkan kening. Memasang kacamata yang tadinya menggantung di dada.
Tersenyum penuh kemenangan, ketua berkata, "Ibu tidak menyampaikan keterangan sesuai kenyataan. Ibu telah berkata tidak jujur. Itu kena pasal memberikan keterangan palsu. Bisa dipenjara!"