Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sejak Pindah Klinik, Tak Perlu Lagi Antre Panjang

17 Mei 2024   14:09 Diperbarui: 17 Mei 2024   14:11 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrean pasien di poliklinik rumah sakit.(Uno Kartika) diunduh melalui kompas.com

Tidak seperti layanan kesehatan untuk umum dan peserta asuransi, pemilik kartu BPJS mesti mengurus surat rujukan.

Rujukan BPJS Kesehatan adalah mekanisme yang dibuat agar peserta menerima perawatan dengan biaya paling efisien.

Peserta BPJS yang akan berobat lebih dahulu mendatangi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Faskes I adalah puskesmas, dokter umum, atau klinik tempat pelayanan kesehatan primer.

Apabila di Faskes I dokter tidak bisa melayani pengobatan untuk penyakit tertentu, pasien dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Kedua yang menyediakan dokter spesialis.

Jika fasilitas tidak mencukupi, Faskes II menerbitkan rujukan lanjutan agar peserta berangkat ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Ketiga. Faskes III mencakup rumah sakit regional atau nasional dengan tenaga dan peralatan medis lebih lengkap.

Saya tidak terlalu mengikuti tangga mekanisme rujukan di atas, tetapi melompati. Kepada dokter umum di Puskesmas saya meminta surat rujukan ditujukan langsung ke dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah.

Awalnya tenaga medis itu merujuk ke Faskes II sesuai sistem rujukan BPJS, tetapi dengan segala cara saya meyakinkannya agar menerbitkan surat rujukan ke Faskes III. Ke RSUD.

Selanjutnya, setiap tiga bulan rujukan diperbaharui dengan dasar Surat Rujuk Balik dari dokter spesialis poliklinik RSUD.

Maka selama kurang lebih lima tahun saya memperoleh surat rujukan dari Puskesmas langsung ke RSUD, tanpa melewati Faskes II.

Lama-lama bosan juga berobat setiap bulan ke RSUD. Antrean panjang membuat lelah.

Kurang dari pukul delapan pagi saya mengambil nomor antrean pendaftaran. Tercetak angka dua ratusan pada struk.

Para pasien dari berbagai kalangan dan umur memenuhi bangku tunggu. Makanya saya mencari tempat duduk di lorong rumah sakit, yang letaknya lumayan jauh dari ruang pendaftaran, sambil menyantap sarapan dibawa dari rumah.

Tidak sedikit pasien dan keluarganya membawa bekal. Duduk di kursi atau di lantai makan beramai-ramai.

Hampir dua jam kemudian saya mendapatkan giliran. Usai mendaftar, menunggu lagi panggilan periksa dokter spesialis yang jadwal praktiknya pukul 10.00-12.00 WIB.

Saya masuk ruangan dokter pukul 12 atau lebih. Lima-sepuluh menit kemudian mendapatkan resep untuk diberikan ke instalasi farmasi. Menunggu penyerahan obat bisa dua sampai tiga jam.

Alhasil, keluar dari RSUD pada waktu asar. Bahkan terakhir, pulang jam 5 sore. Artinya, butuh waktu seharian berobat rutin ke dokter spesialis di poliklinik RSUD.

Meskipun membawa bekal, saya masih perlu ke warung untuk makan siang. Ditambah jajan sore dan di waktu-waktu tunggu. 

Membosankan. Melelahkan. Boros.

Bulan Ramadan lalu masa berlaku surat rujukan habis. Kepada dokter puskesmas saya meminta agar dirujuk ke Faskes II, yaitu sebuah klinik utama geriatri.

Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran terkait aspek kesehatan, penanganan medis, dan pelayanan bagi warga lanjut usia (interpretasi bebas atas Pasal 1 Bab 1 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 79 Tahun 2019).

Jadi klinik utama geriatri adalah fasilitas kesehatan khusus untuk warga lansia. Secara umur, saya baru saja menjadi lansia.

Untuk bisa konsultasi dokter klinik utama geriatri, pasien harus membuat perjanjian tiga hari sebelumnya. Saya bikin perjanjian via WA pada hari Minggu, agar bisa bertemu dengan dokter spesialis yang praktik di hari Rabu pukul 7 pagi.

Pada waktunya, saya ambil nomor untuk daftar pukul 6.30 WIB. Beberapa menit kemudian menerakan sidik jari di loket pendaftaran.

Tak lama, petugas menimbang berat badan dan mengukur tekanan darah. Duduk kembali menunggu giliran konsultasi dengan dokter.

Singkat cerita, sejak kedatangan di klinik sampai penyerahan obat hanya butuh waktu satu setengah jam. Daftar pukul 6.30, pulang membawa obat jam 8 pagi.

Melakukan hal sama di RSUD perlu waktu hampir seharian, lantaran mengikuti antrean panjang pasien dari segala kalangan segala umur.

Mengalihkan pengobatan bulanan ke klinik geriatri, saya tidak lagi berlama-lama antre. Tidak bakal bosan menunggu. Tidak boros, berhubung tidak perlu banyak jajan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun