Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

5 Alasan Kenapa Harus Menulis, Selain untuk Tujuan Ini

15 Mei 2024   06:08 Diperbarui: 15 Mei 2024   06:33 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh JESHOOTS.com dari Pexels

Tujuan awal adalah ingin menulis, tepatnya angan-angan bisa menulis. Sebuah keinginan yang berkecambah dalam diri sejak lama.

Sekitar tahun 1990an saya kerap mencatat pada sebuah notes (buku tulis kecil) inspirasi berkelebat di kepala. Embrio bahan tulisan.

Kesibukan demi kesibukan, termasuk kesibukan semu, demikian menyibukkan sehingga saya tidak sempat menyiram bibit ingin bisa menulis.

Keinginan itu layu. Tumbang tanpa sempat tumbuh menjadi tanaman menghasilkan.

Seorang kawan mengatakan, tak mungkin dalam hidupmu engkau tidak menulis. Contohnya: mengetik SMS (short message service), bikin status di FB, bikin laporan terkait pekerjaan, atau kirim surat cinta.

Ya, ya, ya... sehari-hari memang jemari tidak bisa lepas dari menggenggam pena dan mengetuk papan kunci.

Bukan seperti itu. Saya ingin sebagaimana mereka yang mampu menulis berpanjang-panjang kata penuh makna, sehingga koran mau memuatnya. Hasil tulisan yang dipublikasi.

Ndak usah muluk-muluk jadi Arswendo, Goenawan Mohamad, W.S Rendra, Seno Gumira Ajidarma, Sitor Situmorang, dan sebagainya.

Cukup menjadi diri sendiri dan mampu menulis esai atau cerpen pada halaman yang diterbitkan, kemudian dibaca oleh umum.

Berkat ajakan seorang sahabat, saya mengenal Kompasiana di tahun 2011. Membuat akun dan mulai menulis cerpen tanpa menggunakan teori menulis cerpen yang baik. Pokok'e tayang.

Sekali lagi kesenangan itu dipatahkan oleh kesibukan demi kesibukan, termasuk kesibukan semu, yang demikian menyibukkan. Robohlah tanaman baru tumbuh.

Baru delapan tahun kemudian saya mengangkat akun dari dasar ingatan. Membersihannya dari debu menutupi.

Selanjutnya saya punya cara berbeda dalam menyibukkan diri mengisi waktu yang sangat luang, yaitu dengan menulis.

Saya kira itu kesempatan bagus. Saya membuat cerpen lagi, kendati tetap tanpa teori tanpa guru. Sesekali memberanikan diri menulis esai.

Dalam perjalanan muncul kesadaran, menulis adalah menarasikan gagasan kepada publik. Tujuan awal mengisi waktu senggang telah berkembang.

Tentu saja karya tulis dikemas sedemikian rupa agar pembaca mengerti. Menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang tepat (membaca kalimat tanpa titik koma bikin sakit kepala) dan menulis dengan gaya populer. Saya belajar dari berbagai rujukan.

Saya menikmati prosesnya, dari seorang penulis tidak bagus hingga menjadi sedikit lebih baik dari penulis tidak bagus.

Saya menuliskan pengetahuan (sesuatu yang diketahui), pengalaman, dan pengamatan. Memercayai bahwa setiap orang punya kisah untuk dituliskan dan disampaikan kepada orang lain.

Dengan menulis saya merasakan manfaat.

Mengutip tulisan jurnalis Joel Mark Harris, salah satu manfaat menulis adalah melepaskan emosi tertahan (sumber). Menurutnya, 5 alasan kenapa harus menulis:

  • Menulis adalah satu terapi untuk melepaskan emosi terpendam. Dengan menyelami pikiran dan emosi dalam diri, selain menarasikan gagasan
  • Menulis adalah memusatkan pikiran dan rasa pada satu tugas tertentu. Kegiatan menenangkan, memudarkan gangguan lain, menyenangkan, dan menghadirkan rasa damai. Menulis sebagai hobi merupakan satu bentuk lain dari meditasi.
  • Dengan menulis, sejenak menyingkirkan diri dari energi negatif dan dunia yang tidak selalu baik-baik saja. Menghasilkan kelegaan dengan menulis apa saja yang diinginkan (fiksi dan nonfiksi).
  • Katanya, menulis dapat meningkatkan kemampuan komunikasi. Penulis baik mengartikulasikan dan mengekspresikan pikiran dengan jelas, bisa dinikmati pembaca, dan membuat terhubung dengan orang lain
  • Terakhir, menulis membuat lebih sehat dan hidup seimbang. Sebuah studi tahun 2005 oleh Universitas Cambridge menunjukkan, minimal 15 menit menulis ekspresif cukup memberikan manfaat bagi mental dan fisik penulis.

Menyadari atau tidak, lima alasan di atas mendorong saya untuk menulis lalu memublikasikannya.

Itu melampaui keinginan saya, yang hanya bertujuan mengisi waktu dengan berbagi pengetahuan dimiliki, pengalaman dilalui, dan pengamatan dilakukan.

Akhirnya, sebisa mungkin saya membuat karya tulis agar dapat dimengerti --bukan bikin mumet-- para pembaca. Lebih bagus lagi, mengagihkan artikel bermanfaat bagi banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun