Beberapa hari lalu Kemenkop UKM mengimbau, agar warung Madura mematuhi aturan jam operasional yang ditetapkan pemerintah daerah.
"Kalau ada regulasi terkait jam kerja (jam operasional), tentu kami minta untuk dipatuhi," tutur Arif Rahman Hakim, Sekretaris Kementeriaan Koperasi dan UKM saat berada di Merusaka Hotel, Badung, Bali, Rabu (24/4/2024).
Itu dikutip dari situs web berita terpercaya, pada tulisan berjudul "Kementerian Koperasi Minta Warung Madura Taati Aturan Jam Operasional" (sumber).
Sontak pernyataan itu mendapat reaksi dari beragam elemen masyarakat. Dari sejumlah pengusaha warung Madura, Forum Mahasiswa Madura (FORMAD), hingga Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura.
Belum lagi bila sempat melihat dan membaca reaksi warganet, umpama di jagat medsos X. Ramai betul!
Setelah sempat viral ramai diperbincangkan, Sabtu (27/4/2024) lalu Kemenkop UKM melalui unggahan di Instagram mengatakan, pihaknya tidak pernah melarang warung Madura untuk beroperasi 24 jam.
Menegaskan bahwa mereka tidak berpihak kepada kepada minimarket atau usaha besar lainnya, melainkan akan melindungi UMKM dari ancaman ritel modern yang ekspansif.
Pernyataan Sabtu yang berlawanan dengan makna imbauan hari Rabu sebelumnya. Jangan-jangan klarifikasi lahir setelah imbauan Kemenkop UKM dirujak ramai-ramai.
Lebih elok apabila pejabat Kemenkop UKM mengakui saja kekeliruan dalam melontarkan imbauan, meminta maaf, lalu mengajak masyarakat agar berbelanja di warung-warung UMKM.
Eh tapi itu hampir tidak mungkin ya dilakukan oleh sebagian pejabat di negeri ini. Mengakui sesuatu yang buruk dan minta maaf adalah tindakan memalukan dan tidak menyenangkan.
Mereka lebih sering berdalih mencari-cari alasan. Atau menyalahkan orang lain, kalau perlu menyemir bulu kambing putih menjadi hitam seluruhnya.
Tidak sedikit pemimpin, atau mereka yang berkedudukan, enggan mengakui kesalahan. Tidak minta maaf dan cenderung mempertahankan diri bahwa ia benar, sekalipun banyak hal membuktikan kekeliruannya.
Sesungguhnya kebesaran hati dan kemampuan mengakui kesalahan dapat mengubah seseorang, dari pemimpin baik menjadi pemimpin hebat.
Perilaku mengakui kesalahan menyuburkan budaya kerendahan hati, kemampuan beradaptasi, dan kebiasaan terus belajar dalam satu organisasi.
Meskipun tidak mudah dilakukan, mengakui kesalahan merupakan tindakan positif dalam karier. Bagi pegawai, meningkatkan reputasi sebagai pekerja kredibel dan jujur. Juga merupakan wujud tanggung jawab seseorang terhadap kesalahan dibuatnya, yang mengundang empati orang lain.
Pengalaman saya, baik selama menjadi pegawai kantoran maupun sebagai pemimpin entitas usaha, meneguhkan pernyataan tersebut. Mengakui kesalahan membuat lega sehingga tidak membebani Ketika melangkah maju.
Mengakui kesalahan dalam organisasi atau pekerjaan adalah tindakan penting, yang memerlukan kecakapan dan pertimbangan. Sebuah situs web (sumber) memberikan saran dalam mengakui kesalahan:
Tidak Impulsif, tetapi berpikir cermat sebelum mengakui kesalahan dengan memahami natur kesalahan, dampak ditimbulkan, dan solusi yang mungkin ditawarkan.
Memilih Waktu Tepat. Lebih baik hindari situasi masih "panas" penuh tekanan. Plilih waktu dan tempat tepat untuk berdiskusi dengan pihak relevan.
Hindari Menyalahkan Orang Lain atau Faktor Eksternal. Ketika mengakui kesalahan, seseorang yang berbuat kekeliruan ambil tanggung jawab penuh secara pribadi. Ini memperkuat akuntabilitas dan komitmen seseorang sebagai pemimpin.
Memberi Solusi. Proaktif dan sampaikan rencana perbaikan berikut solusi paling potensial. Itu menunjukkan kesungguhan untuk memperbaiki kekeliruan.
Terbuka dengan Masukan dan Feedback, yang melibatkan tim, sebagai pendekatan kerja sama dalam penyelesaian masalah.
Berkomitmen Belajar dari Kesalahan, agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Komitmen bagus bagi pengembangan diri dan organisasi.
Rayakan Keberhasilan dan Kegagalan. Ambil sisi positif dari kesuksesan juga kesalahan, yang akan mendorong perubahan pola pikir dalam organisasi.
Maka, sikap mengakui kesalahan meliputi makna: tanggung jawab, solusi perbaikan, ungkapan penyesalan, penjelasan apa yang salah, pernyataan jera, dan permintaan maaf.
Sekalipun memalukan dan tidak menyenangkan, seseorang yang mengakui kesalahan tidak ragu mengatakan, "Saya salah." Itu sangat dihargai.
Mengakui kesalahan jauh lebih elok, daripada melakukan pembenaran dan rasionalisasi atas kesalahan dibuat. Lagian, tidak perlu repot memelihara kambing hitam di dalam kepala.
Jangan setelah viral baru merasionalkan pernyataan sebelumnya, sambil tidak mengakui kesalahan yang lalai menilai situasi dan terlambat mempelajari perda setempat, seperti.... Ah, sudahlah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H