Sementara entrepreneur bekerja bareng tim atau berdikusi dengan mereka sebelum mencetuskan keputusan besar. Ia bersifat ekspansif dan memiliki potensi pengembangan skala lebih besar. Pun fokus pada rencana bisnis yang memiliki nilai unik dan menguatkan posisinya di pasar.
Jadi solopreneur adalah bekerja secara mandiri. Memanfaatkan keterampilan, minat, dan keahlian dimiliki. Memungkinkan bekerja pada proyek yang menyenangkan.
Ketika bekerja sendiri dengan penuh gairah (passion), solopreneur termotivasi dan bertekad untuk meraih keberhasilan.
Menjadi solopreneur lebih fleksibel dalam waktu, tidak mengikuti ritus nine to five. Memberikan keleluasaan menciptakan worklife balance.
Meskipun menyediakan kebebasan, solopreneur mensyaratkan kreativitas, kedisiplinan, dan ketaatasaan. Bagaimanapun ia tidak memberikan rasa aman dan benefit seperti ditawarkan oleh pekerjaan konvensional. Â Disiplin dan konsisten merupakan nyawa.
Bekerja secara mandiri benar-benar bekerja sendirian, tanpa kolega tanpa mitra berbagi beban pekerjaan. Ada risiko demotivasi dan, mungkin, berdampak terhadap penurunan kualitas kesehatan mental.
Menjalankan solopreneur adalah menghadapi risiko usaha dan ketidakpastian. Ketidakpastian finansial, perubahan market, naik turunnya beban pekerjaan untuk menyebut sebagian persoalan.
Artinya, pelaku solopreneur mesti kreatif, membangun personal brand menarik, mencari dana memadai untuk melewati masa-masa sulit, dan bekerja dengan lebih dari satu klien dalam rangka menyelenggarakan diversifikasi pendapatan.
Solopreneur menawarkan produk dan jasa dengan memanfaatkan kecakapan dan personal brand. Seringkali menggunakan teknologi dan platform daring untuk menjangkau pemirsa lebih luas.
Terdapat tiga tipe umum dari solopreneur, yaitu:
Fleelancer, pekerjaan populer seiring pertumbuhan teknologi. Misalnya menyediakan jasa disain web, copywriting, penerjemahan, ghostwriting, fotografi, penyuntingan video, asisten vitual, manajemen sosial media.