Kantong celana hanya menyimpan tiga ribu perak, jumlah tak cukup untuk membeli rantai bahkan yang paling bekas sekalipun.
Dengan perasaan kacau balau Baskoro mendorong sepeda motor ke bengkel terdekat. Berharap ada lungsuran rantai dan montir melakukan pekerjaan profesional secara sukarela.
"Tidak ada rantai bekas. Dibawa pemulung. Yang baru harus beli di sana," telunjuk montir mengarah ke toko onderdil.
Wajah memelas Baskoro membangkitkan iba seorang pengunjung yang sedang menyaksikan penggantian oli sepeda motornya.
"Begini pak, ini ada uang dua ratus ribu. Beli rantai termasuk gir depan belakang yang sudah pada ompong."
Baskoro yang merasa terharu menerima dan segera berlari kecil menuju toko onderdil. Tidak lama ia kembali membawa satu set rantai lengkap dengan gir.
"Pas? Berapa harganya?"
Dengan mimik serius Baskoro menjawab, "iya pas. Persis seperti perkiraan Anda, harganya tepat dua ratus ribu," sambil menyerahkan nota pembelian.
Pemberi uang mengernyitkan dahi. Membaca berulang-ulang angka di nota.
Satu hal yang tidak diketahui banyak orang, ketika membeli rantai di toko onderdil kecil Baskoro menggunakan kepandaian menata kata, lalu meminta bon kosong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H