Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ilmu Sikut Sakti bagi Perantau agar Sukses

18 April 2024   08:08 Diperbarui: 18 April 2024   08:12 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang merantau dari desa ke ibukota, demi mewujudkan mimpi-mimpinya, sangat terbantu berkat ilmu sikut sakti.

Siang meranggas di Ibukota. Panas. Satu lingkungan kehidupan kering telah membentuk Baskoro menjadi pribadi keras, yang berprinsip: semua keinginan harus terwujud dengan cara apa pun.

Berbeda dengan kampung halaman yang ia tinggalkan setelah lebaran bertahun-tahun lalu.

Ibu bersahaja membesarkan penuh kasih sayang di desa asri nan damai tidak tergesa-gesa, di mana semua unsur demikian teratur dan terukur

Bak film gerak lambat melukiskan jiwa-jiwa dunia damai. Tenang di antara lembut ayunan padi menguning. Daun-daun gugur melayang perlahan. Air Sungai bergerak lemah di antara batu-batu kokoh.

Jakarta selama dua puluh empat jam memutar film laga alur cepat, keras, mengejutkan, penuh makian.

Siapa tidak siap berada di ibukota yang pesat, ia akan terbuang seperti binatang jalang)* terkapar di jalanan menjadi pecundang.

Mereka yang bertahan dan menjadi pemenang adalah pribadi cekatan -- kalau perlu menggunakan sikut dengan cara paling licik -- merebut setiap kesempatan bahkan selebar lubang jarum sekalipun.

Pertama kali datang Baskoro terkaget-kaget dan sempat putus asa. Sampai teman yang mengajak merantau ke kota memberinya ilmu bertuah.

Tekad kuat menguatkan dirinya belajar keras.

Ujian pertama setelah mendapatkan ilmu sikut sakti adalah, berangkat kerja menaiki bis kota penuh penumpang. Berdesak-desak seperti rambutan ditumpuk-tumpuk di dalam keranjang bambu berongga-rongga.

Sebuah awal sulit, namun dengan ilmu sikut sakti -- ditambah terbiasa naik turun bukit memanggul hasil pertanian di kampung -- Baskoro berhasil naik bis kota.

Tidak menghiraukan orang hendak naik tersingkir. Calon penumpang itu pun tersungkur, memaki-maki ke arah bis kota yang meninggalkan asap.

Sampai di tempat kerja Baskoro mengelap keringat dengan sapu tangan. Sambil bekerja memimpikan kemungkinan paling mustahil.

Pelan-pelan dengan kekuatan ilmu sikut sakti pria perantau itu menaiki tangga pekerjaan. O ya, ditambah sedikit kecerdikan dan kepandaian menata kata.

Takusah ditanya, siapa saja yang tersingkir secara kejam dalam perjalanan kariernya.

Sekian dekade kemudian mimpi terwujud. Menteri melantik Baskoro menjadi salah satu pejabat teras sebuah departemen milik negara.

Seperti biasa, menggunakan ilmu sikut sakti Baskoro sukses meraih kedudukan penting.

Ditambah kecerdikan, kepandaian menata kata, dan kiriman kardus berisi lembaran merah dan hijau ke rumah gula-gula sang menteri.

Bagaimanapun menteri juga manusia normal, yang matanya hijau sebab terpukau oleh kilau isi kardus.

Takusah ditanya, siapa saja yang tersingkir secara kejam dalam perebutan kursi jabatan basah itu.

Paling penting, Baskoro telah mengalahkan kejamnya ibukota. Meraih mimpi-mipi  dengan ilmu sikut sakti.

Baskoro menjadi percakapan warga desa tentang kisah keberhasilannya merantau di Jakarta.

Jumlah harta memuncak, kebutuhan pun makin meningkat. Ia tetap menggunakan ilmu sikut sakti mengumpulkan setoran-setoran dari para staf dan pemborong proyek.

Menyerahkannya kepada menteri dengan tidak lupa sebelumnya secara diam-diam mengurangi isinya.

Kekayaan Baskoro makin bertambah, kebutuhan pun berkembang biak.

Sambil dua tangannya menggengam batang besi, Baskoro merenung. Berpikir keras, akankah kini ilmu sikut sakti melepaskannya dari belitan rompi oranye?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun