Ujian pertama setelah mendapatkan ilmu sikut sakti adalah, berangkat kerja menaiki bis kota penuh penumpang. Berdesak-desak seperti rambutan ditumpuk-tumpuk di dalam keranjang bambu berongga-rongga.
Sebuah awal sulit, namun dengan ilmu sikut sakti -- ditambah terbiasa naik turun bukit memanggul hasil pertanian di kampung -- Baskoro berhasil naik bis kota.
Tidak menghiraukan orang hendak naik tersingkir. Calon penumpang itu pun tersungkur, memaki-maki ke arah bis kota yang meninggalkan asap.
Sampai di tempat kerja Baskoro mengelap keringat dengan sapu tangan. Sambil bekerja memimpikan kemungkinan paling mustahil.
Pelan-pelan dengan kekuatan ilmu sikut sakti pria perantau itu menaiki tangga pekerjaan. O ya, ditambah sedikit kecerdikan dan kepandaian menata kata.
Takusah ditanya, siapa saja yang tersingkir secara kejam dalam perjalanan kariernya.
Sekian dekade kemudian mimpi terwujud. Menteri melantik Baskoro menjadi salah satu pejabat teras sebuah departemen milik negara.
Seperti biasa, menggunakan ilmu sikut sakti Baskoro sukses meraih kedudukan penting.
Ditambah kecerdikan, kepandaian menata kata, dan kiriman kardus berisi lembaran merah dan hijau ke rumah gula-gula sang menteri.
Bagaimanapun menteri juga manusia normal, yang matanya hijau sebab terpukau oleh kilau isi kardus.
Takusah ditanya, siapa saja yang tersingkir secara kejam dalam perebutan kursi jabatan basah itu.