Sekarang laki-laki itu hanya bisa pasrah. Pikirannya terbang ke rumah, memandang tanpa daya anak dan istrinya merintih lirih.
Air mata duka mengalir membasuh luka.
: Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Mendekati Akhir Ramadan
Seorang laki-laki tampak tenang, berwibawa, dan mengumbar senyum. Menaiki mobil hitam berpendingin udara di barisan bangku belakang sopir. Beberapa kendaraan serupa mengawal dari belakang.
Tiba di sebuah gedung megah, satuan pengamanan takzim membuka pintu mobil. Laki-laki itu melangkah turun dikawal pria-pria berseragam cokelat tua.
Para wartawan serentak menghampiri. Cahaya berkilat-kilat.
Mereka menyodorkan mikrofon atau mendekatkan henpon, "benarkah kerugian negara mencapai 271 triliun? Siapa saja yang terlibat? Ada orang penting?"
Pertanyaan-pertanyaan menjelma suara lebah.
Kepada kerumunan, laki-laki berwajah halus itu menjawab dengan senyum. Tanpa suara melangkah percaya diri ke lobi gedung.
Dari balik kaca para wartawan melihatnya berjalan lebih dalam. Sekali lagi, laki-laki berpakaian bagus ditutup rompi warna merah muda itu tersenyum.
Pikirannya terbang ke rumah, melihat anak istrinya bertanya-tanya.
Hatinya berbisik: jangan khawatir sayangku, 271 triliun itu bukanlah daun-daun kering yang luruh dari pohon.(*)