Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

271 Triliun Itu Bukanlah Daun-Daun Luruh dari Pohon

3 April 2024   11:08 Diperbarui: 3 April 2024   11:15 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
271 triliun daun-daun luruh di sekitar dan dua bangku, Gambar oleh Pepper Mint dari Pixabay

Baru sedetik tegak, seorang pria parlente di depannya berbalik. Menganga. Sontak histeris seraya jari telunjuknya mengarah ke hidung laki-laki itu.

Sejenak keramaian menjadi hening.

Lalu semua orang yang tadinya tampak tergesa-gesa atau tunduk memandang layar kecil, sekarang histeris secara bersamaan. Menghidupkan gelegar.

Burung-burung gereja bertengger di kabel listrik mendadak beterbangan. Pohon-pohon di sekitar terkejut, lalu meranting. Daun-daunnya luruh, melayang-layang, dan tergelimpang di daratan.

Tanpa komando. Tanpa aba-aba. Semua orang yang tadinya tampak tergesa-gesa atau tunduk memandang layar kecil, kemudian menyerbu laki-laki malang.

Amarah menenagai kepalan tangan menggodam muka. Kaki-kaki penuh dendam mengayun ke selangkangan, menggunting lutut hingga membuatnya terjerembab.

Injakan, tendangan, pukulan kayu dan lemparan batu meretakkan tulang-tulang. Kulit terkelupas. Cairan hangat di wajah.

Dengan kekuatan terakhir ia bangkit, lintang pukang sampai desis dari belakang menghentikan.

Sebuah benda merobek betisnya. Memuncratkan cairan merah. Semula tidak menderita apa-apa. Dua detik kemudian terasa perih. Tenaganya hilang.

Badan ringkih bau tengik campuran peluh dan darah melenguh. Tumbang. Tersungkur dengan wajah lebih dulu menyentuh aspal.

Napas tersengal-sengal pertanda ia masih hidup, meski saat itu berharap nyawanya luruh. Lelah. Ia sudah lelah. Amat lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun