Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kota yang Kehilangan Suara

19 Februari 2024   07:07 Diperbarui: 19 Februari 2024   09:02 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya suara warga kota yang lenyap entah ke mana.

Pengalaman kehilangan suara melanda seluruh warga kota berusia 17 tahun ke atas, tanpa memandang jenis kelamin, pekerjaan, profesi, tingkat sosial, dan sebagainya.

Lantas isi kepala bertanya-tanya, sebab penyakit apa mereka kehilangan suara secara bersama-sama? Wabah apa yang serempak menjangkiti seluruh warga kota?

***

Bergeser ke satu sudut permukiman kaum elit, seorang pria beserta istri dan anak-anaknya terhindar dari paparan wabah "hilang suara".

Pria kepala keluarga itu tidak mampu menyembunyikan kegembiraan ketika membaca ikhtisar sebuah risalah.

Sebelumnya ia mengumpulkan seluruh jajarannya agar menyampaikan laporan.

"Saya tidak butuh cerita panjang lebar tentang proses, tetapi perlu hasil akhir. Kesimpulan singkat menggambarkan hasil lengkap yang final. Paham...!!!"

Semua orang di ruangan berpendingin udara itu gemetar dan menunduk, khawatir dengan keemosian bos mereka yang mudah meledak-ledak hanya dengan sedikit kekeliruan.

Seseorang ---sepertinya ketua tim sukses--- maju ke depan. Dengan khidmat menyampaikan dokumen bertajuk SIREKAP SUWARTA (akSI REbut dan tangKAP SUara WARga koTA), yang berlabel "sangat rahasia" kepada pemimpin bertubuh tambun tersebut.

Ia sedikit menggigil. Namun kemudian perlahan hatinya menjadi lebih tenang. Mukanya terang. Kepercayaan diri berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun