Hanya suara warga kota yang lenyap entah ke mana.
Pengalaman kehilangan suara melanda seluruh warga kota berusia 17 tahun ke atas, tanpa memandang jenis kelamin, pekerjaan, profesi, tingkat sosial, dan sebagainya.
Lantas isi kepala bertanya-tanya, sebab penyakit apa mereka kehilangan suara secara bersama-sama? Wabah apa yang serempak menjangkiti seluruh warga kota?
***
Bergeser ke satu sudut permukiman kaum elit, seorang pria beserta istri dan anak-anaknya terhindar dari paparan wabah "hilang suara".
Pria kepala keluarga itu tidak mampu menyembunyikan kegembiraan ketika membaca ikhtisar sebuah risalah.
Sebelumnya ia mengumpulkan seluruh jajarannya agar menyampaikan laporan.
"Saya tidak butuh cerita panjang lebar tentang proses, tetapi perlu hasil akhir. Kesimpulan singkat menggambarkan hasil lengkap yang final. Paham...!!!"
Semua orang di ruangan berpendingin udara itu gemetar dan menunduk, khawatir dengan keemosian bos mereka yang mudah meledak-ledak hanya dengan sedikit kekeliruan.
Seseorang ---sepertinya ketua tim sukses--- maju ke depan. Dengan khidmat menyampaikan dokumen bertajuk SIREKAP SUWARTA (akSI REbut dan tangKAP SUara WARga koTA), yang berlabel "sangat rahasia" kepada pemimpin bertubuh tambun tersebut.
Ia sedikit menggigil. Namun kemudian perlahan hatinya menjadi lebih tenang. Mukanya terang. Kepercayaan diri berkembang.