Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Benarkah Manisnya Buah Rambutan Sebabkan Diabetes?

16 Januari 2024   07:09 Diperbarui: 16 Januari 2024   07:12 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah rambutan bergelantungan (dokumen pribadi)

Di musim penghujan biasanya rambutan berhamburan. Buah berwarna merah, kadang bernuansa kuning, bergelantungan di antara dedaunan hijau.

Di Bogor dan banyak kota di Indonesia pada bulan Desember-Januari pohon-pohon rambutan berbuah.

Dulu di rumah ada dua pohon rambutan. Satunya Rapiah dan lainnya mungkin jenis rambutan Aceh. Pokoknya rasanya manis, nglotok (daging buah mudah lepas dari biji), dan kering.

Kalau Rapiah, jangan tanya. Top of the top buah rambutan yang juara banget, menurut saya. Rambutan dengan ciri kulit terbelah manisnya super (meski masih hijau), nglotok, dan garing.

Sayang sekarang tidak punya pohon rambutan. Cuma bisa menahan liur melihat buah rambutan merah bergelantungan di halaman tetangga dan kantor sebelah.

Ada sih tetangga baik hati, mau berbagi ketika panen buah tropis itu. Ia mengirim rambutan, yang daging buahnya sangat manis, nglotok, dan garing. Saya berani memakannya sekali dan hanya sedikit.

Riwayat pemeriksaan terakhir menunjukkan bahwa kadar gula darah tinggi. Sebelum cek laboratorium saya cenderung banyak konsumsi makanan/minuman manis. Belakangan kadarnya normal.

Namun bilangan HbA1c melampaui nilai rujukan. Hemoglobin terglikasi ini terbentuk manakala gula dalam tubuh menempel pada sel darah merah.

Kadar HbA1c merupakan kadar gula rata-rata dalam masa 2-3 bulan. Nilainya tinggi berarti terlalu banyak gula menempel dan menumpuk dalam darah.

Hal ini membawa risiko timbulnya komplikasi diabetes. Ia tidak terpengaruh oleh perubahan gula darah yang bersifat sementara, seperti setelah mengonsumsi makanan manis (sumber).

Makanya saya tidak berani makan rambutan terlampau banyak. Khawatir dengan manisnya.

Eh tapi, benarkah makan rambutan berpengaruh terhadap kadar gula darah?

Satu sumber mengatakan, dari 100 gram buah rambutan terdapat berbagai nutrisi penting bagi tubuh: protein (0,9 gr), karbohidrat (18 gr), serat (0,8-1 gr), kalsium (15 mg), fosfor (15 mg), zat besi (0,5 mg), natrium (15 mg), kalium (110 mg), vitamin C (60 gr), magnesium, folat, zinc, kolin, vitamin A dan B.

Selain itu, buah rambutan mengandung senyawa antioksidan (anthocyanin, fenolik, dan flavonoid).

Dengan kandungan nutrisi itu, buah rambutan bermanfaat:

  • Membantu kelancaran sistem pencernaan, karena mengandung serat.
  • Menambah daya tubuh dalam menangkal paparan virus dan kuman  dengan sumber vitaminnya.
  • Menurunkan dan menstabilkan tekanan darah, sehingga turut menjaga kesehatan jantung.
  • Mengurangi peradangan, mengurangi risiko terkena serangan jantung dan stroke.
  • Secara tidak langsung membantu menurunkan berat badan. Makan buah rambutan akan membuat rasa kenyang lebih lama, yang mengurangi keinginan makan.
  • Membantu menjaga kesehatan tulang, melalui kandungan kalium dan kalsium.

Beragam manfaat memakan buah rambutan bagi kesehatan, dan juga risiko jika mengonsumsi berlebihan, dapat dibaca di sini.

Dari sumber berbeda, terinformasi bahwa buah rambutan (nephelium lappaceum) memiliki indeks glikemik kategori sedang, 59. Berada pada tingkat menengah dalam risiko peningkatan kadar gula.

Maka, buah rambutan dapat membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain membantu mengatasi hipertensi dan penyakit lainnya (kompas.com).

Ternyata kekhawatiran saya selama ini tidak tepat. Setelah membaca keterangan-keterangan di atas, saya menjadi tahu bahwa makan buah rambutan tidak memicu peningkatan gula darah.

Malahan, mengonsumsi buah rambutan membantu mengatasi risiko diabetes dan timbulnya beragam penyakit lain. Asalkan tidak berlebihan dalam mengonsumsinya.

Saya pun berniat ke pasar, membeli rambutan jenis Binjai atau Rapiah. Belum jauh berjalan, berjumpa tetangga yang juga teman lama. Ia lalu mengajak saya ke rumahnya.

Bukan hanya obrolan menarik, pohon rambutan di halaman depan rumahnya membuat saya betah.

Pada ranting-ranting satu pohon besar bergelantungan buah rambutan. Lebat dengan buah berwarna merah juga yang masih kuning dan hijau.

Buah rambutan bergelantungan (dokumen pribadi)
Buah rambutan bergelantungan (dokumen pribadi)

Pemilik rumah bosan makan rambutan, sehingga membiarkan buahnya berjatuhan begitu saja. Bila ada yang meminta, dengan senang hati ia akan mengambilkannya.

Seraya berbincang, saya memetik buah rambutan menggantung dalam jangkauan tangan tanpa kaki berjinjit. Saya tidak ingat, sepuluh hingga lima belas buah atau berapa telah memasuki mulut.

Manis dengan rasa kecut samar dengan daging buah tidak berair. Garing dan nglotok. Sepertinya rambutan jenis Lebak Bulus.

Buah berukuran 5-6 sentimeter membuat saya tidak berhenti memakannya. Sebagaimana halnya makan kacang, tidak berhenti bila toplesnya belum kosong.

Sang kawan menyenggek (mengait dengan galah) buah rambutan. Memasukkannya ke dalam kantong kresek ukuran besar untuk saya bawa pulang. Saya kira isinya lebih dari tiga kilogram.

Hari itu saya tidak jadi ke pasar. Ada persediaan buah rambutan dengan jumlah lebih dari cukup.

Sepanjang tidak berlebihan, saya tidak perlu khawatir lagi kadar gula darah akan naik dengan makan buah rambutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun