Kerja sama tidak gratis. Untuk itu ia menawarkan sejumlah keistimewaan dan imbalan bagi saya. Cukup menggiurkan.
Sebentar. Ingatan saya melompat ke masa dua puluh tahun lalu. Andai, seandainya saja waktu itu kerja sama usaha dengannya langgeng, maka bisa jadi sampai hari ini saya nyemplung di bisnis media. Lha?
Waktu itu Benji memperoleh kontrak penerbitan in-house magazine untuk sebuah Perusahaan Daerah milik Pemda DKI Jakarta. Nilainya lumayan besar. Bila dikelola dengan baik, usaha bisa berkembang dan awet.
Saya sebetulnya sedang punya kegiatan usaha di bidang lain. Namun Benji bersikeras agar saya membantu dalam pengelolaan, yaitu berperan sebagai kepala kantor.Â
Saya mengelola kegiatan operasional sehari-hari. Ia mengurus Perusahaan berikut mengelola sumber-sumber keuangan dan memimpin tim redaksi.
Setahun pertama usaha berjalan lancar. Tahun berikutnya tersendat, sekalipun pemasukan mengalir.
Belakangan diketahui, Benji menyelewengkan uang perusahaan. Bagusnya saya bukan pemegang saham, hanya berlaku sebatas kerja sama operasional.
Bagaimanapun, tersendatnya keuangan membuat kelimpungan. Saya harus bermanuver dalam operasional dan, tentu saja, menghadapi pegawai yang tersendat menerima haknya.
Kerja sama usaha dengan Benji telah membuat sakit kepala. Meninggalkan sejumlah beban. Kerja sama berakhir.
Beberapa waktu kemudian hubungan sempat renggang. Benji pandai bicara dan mengambil hati. Beberapa tahun setelahnya tali pertemanan kembali membaik.
Nah, perbincangan per telepon kemarin pagi menawarkan kerja sama. Berbeda format. Benji menawarkan keuntungan bagi saya bila bergabung dengannya.