Dengan berat hati saya menolak tawaran menjalin kerja sama usaha, lebih baik mempererat hubungan pertemanan.
Bukannya menolak rezeki, tetapi memelihara jalinan persahabatan rasanya jauh lebih berharga.
Seorang teman lama, sahabat yang sudah lama tidak berjumpa kemarin pagi menelepon. Perbincangan berlangsung hangat. Membahas kabar masing-masing hingga situasi politik terkini.
Kawan baik, sebutlah namanya Benji, bertutur betapa banyak orang menghujat salah satu capres sebagai pelanggar HAM di masa lalu.
Menurutnya, isu tersebut dilontarkan oleh sejumlah elit untuk mendiskreditkan sang capres. Demi persaingan saling menjatuhkan.
Benji telah berdiskusi dengan tokoh-tokoh penting, yang saya kenal melalui media, dan ingin meng-counter pernyataan "merugikan" tersebut.
Betul. Secara tidak langsung Benji memamerkan kepada saya bahwa ia bergaul dengan kalangan atas. Pergaulan dengan para teknokrat yang membuat saya terkagum-kagum.
Singkat cerita, ia ingin membuat satu cara keren untuk menangkal isu miring. Tulisan berdaya-sebar nasional untuk membersihkan nama baik capres pujaannya.
Ya, saya harus menyebutnya "pujaan." Saya teringat Kompasianer Efwe, yang mengatakan bahwa pendukung fanatik capres ibarat orang sedang jatuh cinta. Apa pun dilakukan untuk membela pujaan hatinya.
Benji mengetahui, saya suka menulis di Kompasiana (dan ia mengganggapnya keren, karena saya bergaul dengan kelompok Kompas Gramedia). Ia ingin, saya menuliskan sesuai maunya.
Kerja sama tidak gratis. Untuk itu ia menawarkan sejumlah keistimewaan dan imbalan bagi saya. Cukup menggiurkan.
Sebentar. Ingatan saya melompat ke masa dua puluh tahun lalu. Andai, seandainya saja waktu itu kerja sama usaha dengannya langgeng, maka bisa jadi sampai hari ini saya nyemplung di bisnis media. Lha?
Waktu itu Benji memperoleh kontrak penerbitan in-house magazine untuk sebuah Perusahaan Daerah milik Pemda DKI Jakarta. Nilainya lumayan besar. Bila dikelola dengan baik, usaha bisa berkembang dan awet.
Saya sebetulnya sedang punya kegiatan usaha di bidang lain. Namun Benji bersikeras agar saya membantu dalam pengelolaan, yaitu berperan sebagai kepala kantor.
Saya mengelola kegiatan operasional sehari-hari. Ia mengurus Perusahaan berikut mengelola sumber-sumber keuangan dan memimpin tim redaksi.
Setahun pertama usaha berjalan lancar. Tahun berikutnya tersendat, sekalipun pemasukan mengalir.
Belakangan diketahui, Benji menyelewengkan uang perusahaan. Bagusnya saya bukan pemegang saham, hanya berlaku sebatas kerja sama operasional.
Bagaimanapun, tersendatnya keuangan membuat kelimpungan. Saya harus bermanuver dalam operasional dan, tentu saja, menghadapi pegawai yang tersendat menerima haknya.
Kerja sama usaha dengan Benji telah membuat sakit kepala. Meninggalkan sejumlah beban. Kerja sama berakhir.
Beberapa waktu kemudian hubungan sempat renggang. Benji pandai bicara dan mengambil hati. Beberapa tahun setelahnya tali pertemanan kembali membaik.
Nah, perbincangan per telepon kemarin pagi menawarkan kerja sama. Berbeda format. Benji menawarkan keuntungan bagi saya bila bergabung dengannya.
Ingatan masa lalu membuat saya berpikir. Arkian saya menolak halus tawaran kerja sama tanpa membuatnya tersinggung.
Pertama, saya adalah pecahan beling. Tidak punya kapasitas menuliskan hal besar berdimensi nasional. Saya adalah penulis receh yang tidak mampu berpikir soal berat, yang terbiasa bertutur tentang ihwal remeh-temeh.
Kedua, tidak punya cukup data (dan saya kira tidak mampu memperoleh data sahih) untuk menulis sesuai keinginannya.
Ketiga, menurut saya ekosistem pergaulan Benji "yang wow keren" memiliki pemikir-pemikir kaliber dewa. Mereka pasti sangat kapabel menghasilkan tulisan berkualitas kelas atas.
Dengan itu saya mengakhiri pembicaraan.
Sebagai penutup saya berkata kepada Benji, "lebih baik kita berteman saja, daripada menjalin kerja sama apa pun itu bentuknya."
Kompasianer tercinta, mari seruput kopi hitam tanpa gula dan meninggalkan ampasnya, agar kuat menghadapi kenyataan yang terkadang terasa pahit.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI