Maksudnya tidak lain dan tidak bukan adalah berkontribusi sedikit demi memutar usaha skala mikro, seraya melepas penat dan berbincang dengan sang penjual.
Beberapa menjadi akrab dan akhirnya kenal hingga tahu tempat tinggal saya. Tiga hari lalu seorang pedagang mendatangi rumah. Berbicara cepat. Lantang. Meyakinkan.
"Bisa pinjam dulu seratus? Besok dikembalikan. Ada pesanan 10 bungkus nasi uduk."
Saya terkesima. Namun, kemudian memafhumi, pada waktu lalu seseorang yang tinggal tidak jauh darinya meminjam seratus ribu. Mungkin ia terinspirasi.
Sejurus kemudian saya ke kamar. Mengambil tas pinggang yang biasa saya bawa. Beruntung tersisa dua lembar kertas berwarna biru dan beberapa keping logam lima ratusan.
Besoknya, dua hari berikutnya, dan pada hari ketiga tiada kabar berita. Melewati rumahnya, lapak ibu itu tutup.Â
Bukan bermaksud menagih atau bagaimana, tetapi jalan di depannya merupakan rute favorit. Pada satu kesempatan saya berhenti di depan kontrakannya. Istirahat.
"Orangnya pulang kampung. Gak tau baliknya kapan," ujar pengontrak sebelah.
Saya pun segera meninggalkan deretan rumah petakan tersebut. Risau. Sempat terbersit pikiran, kapan ya pinjaman dikembalikan? Kendati jumlahnya tidak seberapa, rasa penasaran menyelundup.
Saya bukan peternak uang. Tidak pernah membawa banyak uang di dalam tas pinggang. Toh sesekali jajan, makan lotek, atau menyeruput kopi pahit.
Pembelanjaan lebih terjadi sebulan sekali, berbarengan dengan jadwal pemeriksaan rutin. Membeli vitamin tidak ditanggung BPJS untuk konsumsi sebulan.