Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sebuah Miskonsepsi: Stroke Dapat Pulih dengan Cepat

5 Desember 2023   07:08 Diperbarui: 7 Desember 2023   17:41 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi terapi pemulihan stroke(Shutterstock via kompas.com)

Sementara orang berapi-api meyakinkan, bahwa stroke dapat segera pulih dengan pengobatan yang mereka rekomendasikan.

Bila tidak meneguhkan hati, bisa saja saya membeli apa yang dikatakannya. Lalu terjerumus kepada kegiatan pengerukan sumber finansial tak berujung.

Misalnya. Ketika sedang beristirahat di taman, seseorang mengajak berbincang. Dengan berbusa-busa pria itu menawarkan ramuan herbal yang dapat menyembuhkan stroke.

Sesungguhnya saya enggan membeli, namun demi mempersingkat waktu terpaksa mengambil satu botol.

Ia memberikan nomor telepon sambil menyarankan agar saya rutin meminumnya.

Dalam kesempatan lain, seseorang yang saya kenal memijat-mijat tangan dan bagian belikat.

Ia memberikan keyakinan bahwa ia mendeteksi simpul-simpul saraf, yang apabila dipijat dengan intensif dapat mengakhiri penderitaan saya. Stroke sembuh dengan seketika.

Terakhir merupakan pengalaman paling dahsyat dan menggelikan.

Satu ketika seorang teman berjuluk pak dosen membawa kenalannya. Sebelumnya ia mempromosikan orang pintar berkemampuan menyembuhkan stroke melalui pengobatan supranatural.

Orang pintar yang bukan S1 apalagi S2 itu memeriksa saya. Melakukan gerakan-gerakan menggetarkan tangan sambil mulutnya komat-kamit.

Kemudian ia meminta saya agar meminum segelas air mineral yang telah diberi jampi-jampi. Kemudian ia ngobrol ngalor-ngidul.

Perasaan saya tidak enak.

Keesokan hari ia mengirim obrolan via aplikasi perpesanan, mengisyaratkan hal yang harus ditukar dengan uang. Jumlahnya lumayan.

Agar tidak terperosok lebih dalam, saya menyudahi desakan tersebut. Secara halus menyatakan, saya tidak percaya dengan segala perkataannya.

Orang pintar itu kesal dan menggerutu melalui WA. Kira-kira bunyinya begini: gua santet lu, baru nyaho!

Ah dia tidak tahu saja, saya yang lahir di hari Jumat Kliwon tidak bakal mempan disantet. Hehehehe....

Sebetulnya banyak cerita penawaran pemulihan stroke. Semua terdengar semudah menyembuhkan gangguan pilek.

Tidak begitu.

Tidak sedikit orang memandang bahwa pemulihan stroke bisa terjadi cepat dan mudah. Sebuah miskonsepsi.

Salah pengertian. Menganggap stroke dapat disembuhkan secara cepat. Bahkan dengan pengobatan yang belum teruji.

Kondisi pulih dari stroke memerlukan waktu berbulan-bulan, malahan sampai hitungan tahun.

Banyak yang mungkin tidak pulih sepenuhnya.

American Stroke Association menyebutkan tingkat pemulihan dari stroke, sebagai berikut:

  • Sebanyak 10% akan pulih hampir sepenuhnya.
  • 10% lainnya akan memerlukan perawatan jangka panjang.
  • 25% akan pulih dengan gangguan minor.
  • 40% akan mengalami gangguan sedang hingga parah.

Pemulihan dimungkinkan melalui rehabilitasi motorik yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, dalam masa kritis 2-3 bulan setelah serangan stroke.

Ini merupakan masa terbaik untuk pemulihan pascaserangan stroke. Mungkin beberapa orang bisa pulih secara spontan selama masa itu.

Melampaui periode itu, dan setelah 6 bulan serangan, perbaikan masih bisa dilakukan. Namun dengan kemungkinan pemulihan yang jauh lebih lambat.

Saya adalah penderita stroke sebab sumbatan, mendapatkan terapi medis terlampau jauh dari waktu 6 bulan.

Jadi, kecuali dalam rentang waktu 2-3 bulan setelah serangan, pemulihan stroke tidak akan terjadi secara cepat.

Itupun dengan kemungkinan tidak sepenuhnya pulih. Masih tersisa jejak pernah terkena stroke.

Oleh karena itu jangan sekali-kali memberikan harapan palsu kepada penderita stroke: menjanjikan pemulihan dengan cepat, melalui pengobatan dan terapi selain cara-cara medis.

Itu tidak baik.

Rujukan: 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun