"Pak....pak...pak, ini!"
Saya terperangah. Melihat dengan saksama bungkusan berstempel tinta biru. Di situlah hati berubah jadi nano-nano. Sedih, terpukul, sedikit kesal, rasa sesal, dan ingin tertawa sekaligus mengasihani diri sendiri.
Kemudiaan saya menyadari sesuatu, sepertinya ada yang lebih berhak menerimanya.
"Tidak, Bu. Berikan saja kepada orang lain. Saya ...."
Tanpa menunggu penyelesaian kalimat, kaca bergerak naik. Lalu gerungan mesin empat silinder mendorong mobil.
Salah kostum!
Memang kaos berwarna cokelat awalnya merupakan seragam kegiatan pegawai dari sebuah instansi. Paman saya bekerja di kantor tersebut, bukan di mahkamah, mendapatkan pembagian.
Berhubung sang paman tidak sempat memakainya, ia pun menghibahkan kaos polo cokelat berlogo kecil kepada saya.
Ternyata dipakainya enak. Bahannya jatuh dan adem. Saya menyukainya.
Saya kerap menggunakannya. Artinya, juga sering dicuci. Mungkin matahari sedikit memakan cokelatnya ketika dijemur.
Kaos eks kostum, celana pendek, topi bucket, dan tas selempang membuat penampilan yang kemudian patut dikasihani.