Sabtu. Sayup-sayup terdengar suara azan. Langkah terseok-seok menuju sebuah rumah makan untuk menunaikan salat duhur seraya istirahat makan.
Seperti biasa, pada pagi akhir pekan saya olahraga jalan kaki dengan tujuan jauh. Saya memakai kaos polo lengan pendek tiga kancing dengan logo kecil, topi bentuk ember terbalik (bucket), celana pendek selutut, dan sepatu kasual.
Penampilan sebagaimana orang kebanyakan membuat gerakan menjadi ringan.Â
Dengan membawa tas cangklong saya jalan pelan, santai menikmati pemandangan, sesekali berhenti minum dan jajan camilan.
Sengaja menuju Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Cibalagung, Kota Bogor, untuk melihat-lihat pameran tentang wirausaha pertanian.
Setelah puas mengelilingi stan, melihat isinya sekalian membeli sebungkus kopi Sidikalang, jamu godogan, dan beberapa pernik, maka saya pun beranjak pulang.
Hari menjelang siang. Asam menggaruk dinding lambung. Pikiran pertama adalah mencari tempat makan.
Lapar mengarahkan pikiran ke sebuah rumah makan, yang terlihat dalam perjalanan sebelum mengunjungi pameran. Tempatnya tampak asri.
Rasa lelah dan lapar tidak mengizinkan kaki bergerak cepat, sehingga dengan menunduk saya melangkah sempoyongan. Jalan santai yang penting sampai.
Pada satu titik sebuah sedan hitam berhenti di hadapan. Penumpangnya membuka kaca. Menyorongkan sebuah bungkusan kertas berwarna abu-abu.