Berhubung persediaan kotak kurang, maka Ibu warung segera ke warung kelontong di bawah.
Saya dan seorang pelanggan tidak memerhatikan keadaan. Baru menyadari ada sesuatu yang tidak beres setelah Ibu warung berteriak histeris.
Sekembalinya dari membeli kotak styrofoam, ia melihat dompet yang sebelumnya tergeletak di meja dapur telah raib.
Isinya Rp300 ribu, yang bisa jadi merupakan modal warung. Atau akumulasi keuntungan dari berhari-hari berjualan.
Pria yang tadi berniat memesan nasi kotak pun lenyap dari pandangan. Mungkin melesat secepat kilat bersama motornya begitu selesai menyikat uang.
Pencuri serupa koruptor. Koruptor adalah pencuri. Penjahat itu hanya menyisakan beberapa keping uang logam untuk rakyat kecil.
Betapa tidak? Uang dicuri seumpama darah bagi Ibu warung, yang langsung pucat dan menitikkan air mata tanpa suara.
Pengalaman tak mengenakkan Ibu warung dan pengamatan saya melahirkan gagasan. Antisipasi agar kejadian serupa tidak terulang.
1. Tertib menyimpan barang berharga di tempat yang sekiranya aman, supaya tidak mengundang pikiran jahat. Mungkin saja pikiran jahat timbul dari adanya kesempatan mengambil barang berharga dengan mudah.
Baiknya benda dimaksud disimpan dalam tempat yang tidak mudah terlihat. Atau tempat terkunci.
2. Menitipkan tempat kepada orang terpercaya, apabila mesti keluar meski sebentar. Waktu singkat, mungkin kurang dari 1 menit, menciptakan ruang gerak bagi orang jahat.