Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ini yang Bikin Harga Produk Made in China Jadi Murah

4 Oktober 2023   06:09 Diperbarui: 4 Oktober 2023   06:21 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transaksi e-commerce di TikTok Shop Indonesia dihentikan. Terhitung sejak Rabu tanggal 4 Oktober 2023 pukul 17.00.WIB TikTok berhenti menfasilitasi transaksi jual-beli di TikTok Shop (newsroom.tiktok.com).

Tangkapan layar dari laman TikTok Newsroom (dokumen pribadi)
Tangkapan layar dari laman TikTok Newsroom (dokumen pribadi)

Pengumuman dikeluarkan sehubungan dengan pengesahan Permendag Nomor 31 Tahun 2023 (ditetapkan 25/9/2023, diundangkan 26 September 2023). 

Regulasi dibuat Pemerintah demi melindungi produk lokal dan UMKM, isinya:

  • Melarang penyatuan social media dengan e-commerce.
  • Pelaku usaha e-comerce tidak boleh berlaku sebagai produsen. 
  • Produk harus memenuhi sarat SNI (Standar Nasional Indonesia).
  • Harga barang cross border tidak melampaui 100 USD.

Ke depannya, platform media sosial hanya boleh memfasilitasi promosi barang/jasa. Tidak dapat melakukan transaksi langsung.

Sebelumnya UMKM dan produk domestik digempur oleh berbagai produk impor, dengan harga tidak masuk akal (predatory pricing). Kebijakan baru menghadirkan persaingan perdagangan setara (equal playing field), baik online maupun offline.

Algoritma TikTok Shop telah membaca pilihan penggunanya. Social commerce dari negeri tirai bambu itu memproduksi sendiri barang dengan harga sangat murah.

Tidak sedikit harga barang buatan Tiongkok lebih murah, dibanding barang sejenis produksi negara lain. Bahkan Indonesia.

Contoh, jika diambil acak dari sebuah lokapasar, harga 1 kg apel Fuji RRC lebih murah dibanding harga 1 kg apel Malang (Rp34.300 vs Rp40.000). Itu hasil pertanian. Kalau produk manufaktur?

Tangkapan layar dari Tokopedia yang diolah kembali, harga apel China vs harga apel Malang (dokumen pribadi)
Tangkapan layar dari Tokopedia yang diolah kembali, harga apel China vs harga apel Malang (dokumen pribadi)

Tiongkok dikenal sebagai pengekspor beragam barang. Dari jarum pentul, perlengkapan rumah tangga, alat pertukangan, hasil pertanian, produk fesyen, kosmetika, barang elektronik, hingga kendaraan bermotor. Apa lagi, ya?

Mengapa barang made in China bisa murah?

Tahun 1995 saya mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh sebuah stasiun radio swasta Jakarta. Forum tiga hari membahas mengenai inkubator bisnis. 

Satu pembicara utama adalah pakar dari Kanada. Menurut keterangannya, inkubator bisnis terbesar di dunia ada di RRC. Pada zaman itu.

Inkubator bisnis adalah lembaga yang menyediakan ruang bagi pebisnis pemula untuk mengembangkan konsep usaha, memperoleh akses modal, mentoring usaha dari pakar atau fasilitator berpengalaman, pertukaran informasi bisnis, hingga mereka mampu mandiri.

Pemerintah Tiongkok menyediakan insentif kepada produsen, termasuk alumnus inkubator bisnis. Apabila menghasilkan barang untuk tujuan ekspor, maka mereka diberi keringanan pajak.

Tidak mengherankan, produsen di Tiongkok lebih suka menghasilkan barang untuk kebutuhan pasar internasional.

Artikel tahun 2010 dari Badan Standar Standardisasi Nasional mengatakan, Pemerintah Tiongkok memberikan fasilitas subsidi ekspor ke sektor pertanian, perikanan, industri farmasi. Juga kepada industri manufaktur: pengolahan makanan minuman, petrokimia, keramik, furnitur, alas kaki, besi dan baja, elektronik, mesin, hingga peralatan komunikasi (bsn.go.id).

Pada Mei 2022 VOA melaporkan, Tiongkok menyalurkan subsidi senilai ratusan miliar dolar kepada perusahaan domestik setiap tahunnya. Sedikitnya 248 miliar dolar, sebanyak-banyaknya 407 miliar dolar, pada tahun 2019.

Center for Strategic and International Studies (CSIS) mencium bahwa kebijakan tersebut berupa: subsidi langsung, pinjaman lunak berbunga rendah, penjualan properti di bawah harga pasar, keringanan pajak, dan kapital (sumber).

Tiongkok membelanjakan anggaran negaranya untuk subsidi. Mendorong industri dalam negeri agar menghasilkan produk ekspor demi mempertahankan pasar. Bahkan menguasainya.

Mengenyampingkan ihwal seperti --produksi yang efisien, tenaga kerja produktif, dan infrastruktur-- maka gelontoran subsidi Pemerintah Tiongkok bagi industri berorientasi ekspor, akan menghasilkan produk dengan harga kompetitif alias sangat murah.

Mungkin juga satu tumpuan penting perekonomian Tiongkok adalah kegiatan ekspor. Lantas produksi barang untuk pasar luar negeri digenjot demi menguasai pasar internasional. Kalau perlu melakukan apa yang kita anggap predatory pricing.

Berdasarkan gambaran singkat di atas, menurut hemat saya barang-barang made in China akan selalu lebih murah, ketimbang produk lokal yang sejenis. Entah sampai kapan.

O ya, di luar pembahasan di atas. ada kabar baik. Kementerian Keuangan RI memberikan pembinaan, dukungan, dan insentif bagi UMKM yang hendak ekspor. Dorongan berupa: fasilitas pembebasan bea dan PPN/PPnBM impor bahan baku, mesin, dan barang contoh (sumber).

Insentif diberikan kepada UMKM yang belum untung. Kalau sudah, ya mesti bayar pajak dan bea keluar/masuk sesuai ketentuan. Lah kepriben iki, son? (bagaimana ini, bro?)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun