Perjalanan lumayan jauh mungkin sekitar 3,5 km berujung di sebuah pusat perbelanjaan. Membeli beberapa jenis buah dan bahan pangan, yang tidak mudah ditemukan di warung dekat rumah.
Sayang tidak tersedia wasabi, penyedap makanan khas Jepang.
Kali ini saya tidak mencari makanan di food court atau restoran di dalam mal. Terlalu mainstream.
Plaza dikelilingi deretan bangunan. Di antaranya terdapat restoran ayam goreng dan pizza waralaba luar negeri, tapi bukan itu yang dicari.
Satu tempat letaknya rada tersembunyi. Beberapa karyawati berseragam baru selesai makan siang beranjak dari kursi.
Bisa jadi kedai itu dulunya rumah makan dengan sasaran pembelinya pengunjung mal. Sekarang jadi kantin atau kafetaria.
Konter makanan dan meja saji terbuat dari stainless steel. Meja kursi dan perlengkapan lain tampak disiapkan secara profesional.
Saya rasa kantin tidak memerlukan peralatan sebagus itu. Terpenting tempat bersih dan menawarkan harga terjangkau dengan rasa memenuhi selera umum.
Namun bisa juga saya berlebihan dalam menilai. Singkatnya, saya masuk.
Terlihat masih ada hidangan di wadah-wadah baja nirkarat di dalam etalase kaca, kendati tinggal sedikit. Pada menu menempel di dinding tertulis pilihan sego pecel, nasi rames, ayam goreng, dan soto ayam.
Aha! Soto. Sistem saraf di otak memerintahkan mulut bersuara, "soto dan nasi."