Polusi hilang lebih separuh dari langit kota. Bukan, bukan secara perlahan, tetapi udara kotor sirna dengan cepat.
Semenjak Dewan Kota Besar melontarkan ultimatum, akan memberhentikan Wali Kota Besar berikut jajarannya jika tidak kuasa mengatasi polusi udara.
Bakal diganti dengan warga naturalisasi yang lebih serius bekerja sebagai perangkat.
Bagaimanapun polusi udara sudah berlangsung lama. Menyesakkan pernapasan warga Kota Besar.
Ihwal paling membuat kuping memerah adalah, ketika Kota Besar masuk dalam peringkat atas pencemaran udara tertinggi di dunia.
Kalau sekadar warga mati tercekik udara kotor, ya masih bisa ditoleransi. Menyandang predikat kota dengan udara paling tercemar sejagat? Itu memalukan.
Gagap mengatasi kabut mengotori udara, Wali Kota Besar kalang kabut menelurkan kebijakan reaktif.
Pertama, marah-marah di media. Mengalamatkan kesalahan kepada kendaraan bermotor sebagai penyumbang terbesar polusi udara.
Kedua, melakukan pembatasan jumlah kendaraan bermotor memasuki jalan-jalan Kota Besar, dan itu adalah hal sia-sia.
Ketiga, menyelenggarakan uji emisi terhadap kendaraan bermotor. Banyak yang tidak lolos, lebih banyak lagi yang lulus.
Semula kebijakan di atas terlaksana dengan baik. Selanjutnya tidak mempan mengatasi keadaan langit Kota Besar yang kotor dan bertambah kotor.
Kemandekan itu kemudian membuat berang Wali Kota Besar, yang akhirnya mengambil jurus pamungkas: berlaku otoriter.
"Kendaraan bermotor dilarang beredar. Tanpa kecuali. Kota Besar hanya boleh dilalui kendaraan bertenaga listrik. Bagi warga yang tidak patuh, akan dipenggal kepalanya."
Aturan-aturan diterbitkan. Stasiun pengisian bahan bakar diruntuhkan. Stasiun Pengisian Listrik dibangun. Diler motor dan mobil memenuhi toko-toko dengan kendaraan listrik.
Maka tidak lama kemudian beragam kendaraan tanpa knalpot meluncur mulus di jalanan Kota Besar.
Polusi hilang lebih separuh dari langit kota. Bukan, bukan secara perlahan, tetapi udara kotor sirna dengan cepat.
Langit Kota Besar kini bersih, kendati kemacetan tetap abadi.
Warga Kota Besar menghirup udara segar. Dewan Kota menghela nafas lega. Wali Kota tersenyum bahagia.
~Selesai~
***
Belum! Hey, cerita belum usai!
Di pelabuhan Kota Tetangga tongkang-tongkang batu bara merapat. Berderet-deret demi mengisi Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
Agar produktif. Supaya menghasilkan listrik lebih banyak. Belakangan permintaan terhadap listrik naik drastis.
Maka asap membubung di langit Kota Tetangga. Siang malam.
Hitam menjelaga serupa makhluk raksasa bergerak iring-iringan bersama angin menuju Kota Besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H