Dua anak manusia sedang mengangkat barang-barang di samping jendela belakang rumah.
Sang pria menggotong meja.
Tentu saja mebel kayu itu lebih berat daripada kardus berisi barang, yang dibawa sang wanita.
Di bawah meja kayu usang, kardus-kardus, rongsokan, dan peralatan tak terpakai lainnya tampak lantai teraso bermotif dipenuhi kotoran.
Bagian terbanyak adalah butiran-butiran lonjong hitam hasil pencernaan tikus.
Tersedikit adalah tahi kucing yang sebagian sudah kering.
Kesal, sang wanita mengumpat, "jorok banget ih...!"
"Aku ambil selang dan sikat bergagang."
"Yang! Jangan lupa deterjen bubuk."
Air memancar. Sikat bergerak-gerak. Busa bergulung-gulung.
Berulang-ulang kegiatan bersama dilakukan hingga lantai bersih menerbangkan wangi ke segala penjuru.
Kini permukaan teraso kering.
Pasangan pria wanita yang selalu jatuh cinta meletakkan kembali meja kayu usang, kardus-kardus, rongsokan, dan peralatan tak terpakai lainnya setelah menyingkirkan barang-barang yang benar-benar tidak perlu.
Kendati tidak mengurangi tingginya tumpukan, bagaimanapun juga tempat di samping jendela belakang rumah lebih bersih.
Berkat kerja sama romantik dua anak manusia, yang dulunya serupa Tom dan Jerry.
Pada usia muda mereka senantiasa bertengkar. Kejar-kejaran saling mengalahkan tanpa ada yang mau mengalah.
Banyak orang berkata, itu akan menjadi pertengkaran abadi. Namun satu keadaan membalikkan situasi.
Usai lama tidak bersua, mereka bertemu dalam satu kebetulan.
Ah..., jangan percaya kepada kebetulan!
Pertemuan. Jalan kehidupan telah digariskan dengan sengaja oleh Sesuatu Yang Melampaui Alam Pikir, bahkan sebelum seseorang lahir.
Mereka satu kantor. Sang wanita adalah pegawai baru, yang kemudian mengetahui ternyata musuh abadinya adalah senior di kantor.
Sebuah sapaan mengubah segalanya. Satu sapaan membuka pintu perbincangan mengasyikkan.
Lanjut dengan kerja bareng. Makan siang bersama beramai-ramai dengan teman kantor lainnya.
Selanjutnya makan malam berdua saja ditemani lilin, mocktail, dan T-Bone Steak.
Akhirnya di rumah mungil itulah terjadi segala hal romantis, kerja sama, dan bara.
Tak jauh, di balik semak dua pasang mata memandang nanar. Iri. Tempat mereka menjadi tidak nyaman.
"Kamu sih buang kotoran sembarangan."
"Kamu juga malas menggali pasir atau tanah, malah buang hajat di lantai,"
Hening. Terdengar suara jangkrik.
"Semuanya sekarang menjadi berbeda."
"Jadi, kisah dalam Tom dan Jerry adalah sejarah?"
"Lihat kenyataan sekarang. Bangsaku lebih suka menyantap makanan matang, daripada yang hidup."
Perlahan malam datang. Lampu-lampu menyala terang, kecuali wilayah di samping jendela belakang rumah.
Dari balik semak mereka mengendap-endap tanpa suara.
Tiba di area lantai bersih dan wangi yang mereka sesali, mendadak mata berbinar-binar.
Tersedia tulang dan potongan daging ayam serta nasi yang terendam dalam kaldu.
Tanpa komando mereka melahap isi mangkuk.
Pada malam berbintang mereka terlentang sangat tenang di bawah tumpukan barang.
Demikian lelap sehingga tidak menyadari kehadiran matahari bersama pasangan suami istri penghuni rumah.
"Akhirnya sisa sup ayam campur bubuk asam borat dimakan habis," seru sang lelaki seraya menyingkirkan bangkai makhluk pengerat berbulu hitam.
Sang wanita melompat ke pelukan sang pria, berteriak, "haduh, si belang juga ikut-ikutan terbujur kaku....!!!"
)* Judul meminjam dari cerita "Tom & Jerry", serial animasi ciptaan William Hanna dan Joseph Barbera.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI