Pertanyaan senada berkali-kali, dengan jawaban serupa berulang-ulang. Hal ini memantik gagasan untuk membuat semacam pemberitahuan.
Nyontek dari sebuah situs di Google, dibuatlah papan bertuliskan keterangan tentang: nama (termasuk nama alias dan dalam bahasa Latin), bentuk dan rasa daging buah, kegunaan tumbuhan, khasiat daun dan buah, dan hal-hal penting lainnya.
Papan menyediakan keterangan cukup kepada mereka yang penasaran. Berhasil meredam pertanyaan? Tidak juga.
Amat sedikit orang membaca papan informasi. Lebih banyak yang bertanya. Atau mengambil kesimpulan keliru hanya dengan melihat selintas.
Pertanyaan dan pernyataan umum yang disampaikan:
- Buah apa?
- Bagaimana rasanya?
- Apa khasiatnya?
- Buah sawo, ya!
- Kelengkeng/lengkeng, ya!
- Buah namnam, ya!
- Dst, dst, dst...
Lelah jiwa setelah bekali-kali menerangkan jawaban itu-itu saja.
Bagusnya sejak beberapa waktu lalu ada Emak penjual nasi uduk dan gorengan. Isti marbot itu kemudian menjadi humas.
Dengan sabar menjelaskan segala hal terkait buah Kepel, baik kepada pembeli maupun pelintas yang berhenti sekadar bertanya. Saya sulit sesabar itu.
Emak sudah sering menyantap buah Kepel matang, sehingga ia bisa menerangkan tentang rasa dan tekstur daging serta khasiatnya.
Menurut pengamatan dan dugaan saya, penyulut sebagian besar dari mereka lebih suka bertanya dan tidak membaca papan informasi adalah:
Buah kepel yang tumbuh di batangnya memang bikin orang penasaran. Ia merupakan pohon langka di Bogor.